Meningkatkan Kapasitas Produksi Kemiri Dengan Alat Pemecah Kemiri

  • 3 min read

Ketika berkunjung ke sentra kemiri di Flores, Nusa Tenggara Timur, Ir Rakhmadiono MSc tercenung. Pekebun di sana memisahkan kemiri dari tempurung dengan cara menjemur di bawah matahari selama 5 sampai 10 hari. Buah kemiri kemudian dijepit rotan pemecah kemiri bergagang 30 cm dan dipukulkan di batu. Aleurites moluccana itu memang bertempurung keras. Sebagian pekebun memproses kemiri dengan dibenamkan di dalam pasir. Setelah kering, lalu dicelupkan ke air. Dengan cara itu persentase kemiri utuh ternyata lebih besar. Meski demikian dosen Mekanisasi Pertanian Universitas Brawijaya itu prihatin. “teknologi pemecah kemiri tradisonal itu sudah kuno. Sudah ratusan tahun dipakai, tapi tak ada pembaruan,” ujar Rakhmadiono

Peningkatan mutu melalui penyempurnaan pemrosesan

Cara pemrosesan kedua mencelupkan ke air sampai memberi inspirasi bagi Rakhmad begitu sapaan Rakhmadiono. Setelah intens meneliti di laboratorium, ia akhirnya merancang alat pemecah kemiri. Rancangan pemecah kemiri terbaru dibuat tahun lalu. Itu hasil penyempurnaan generasi sebelumnya yang juga lahir dari tangan Rakhmad. Keunggulan alat pemecah kemiri, meningkatnya kapasitas produksi menjadi 5.000 kg per hari. Kapasitas dapat disesuaikan minimal 1.500 kg. Bandingkan dengan cara konvensional yang menghasilkan 2,5 kg per orang per jam. Dengan bantuan alat pemecah kemiri, pesentase utuh melonjak 75 sampai 85%, belah (8 sampai 14%), dan remuk (4 sampai 9%). Hasil pengolahan tradisional: 40 sampai 60% utuh, 10 sampai 20% kernel belah, dan 20 sampai 40% kernel hancur. Pasar mengenal 3 jenis kemiri yakni, utuh, pecah, dan pasir. Kemiri utuh adalah yang benar-benar bulat tanpa cacat. Yang kernel atau daging buah terbelah 2 disebut kemiri pecah. Bila daging buah pecah lebih dari 4 bagian dikenal sebagai kemiri pasir. Keutuhan biji menjadi dasar untuk menentukan kategori yang terdiri atas 3 kelas. Kelas A atau disebut kemiri prima bila 100% berbiji utuh, B, 70 sampai 80% utuh, dan C kurang dari 20%. Semakin tinggi persentase utuh, berarti meningkatkan omzet. Sebab, harga kernel utuh lebih tinggi ketimbang yang rusak. Selain itu kualitas produksi kemiri meningkat sesuai permintaan pasar ekspor dan lokal. Pasar ekspor mencari kemiri utuh, toleransi kernel pecah maksimal 5%, bulat, dan putih. Syarat lain, tak bercendawan, berkadar minyak tinggi, dan tidak tengik.

Bantuan alat pemecah kemiri

Dengan alat pemecah kemiri, penjemuran dapat ditiadakan dan kemiri dapat langsung dikupas. Proses pengolahan menggunakan mesin sejak pengeringan hingga pengupasan berjalan otomatis. “Rendahnya mutu akibat faktor manusia dapat dihindari,” ujar kelahiran Kebumen 63 tahun silam. Prinsip kerjan alat pemecah kemiri mengadopsi teknologi sederhana pekebun di Flores. Usai panen kemiri dimasukkan ke mesin untuk dipanaskan. Tempurung buah kemiri dimanfaatkan sebagai sumber panas. Suhu dipertahankan maksimal 70°C agar warna gelondongan tetap putih. Kandungan air total maksimum 2% sehingga ketika direndam beberapa saat, 20 sampai 30% pecah sendiri. Perendaman menyebabkan terjadinya tegangan geser antara bagian luar dan bagian dalam kulit. Itu karena absorbsi air ke dalam tempurung kemiri. Bagian luar batok lantas mengalami pemuaian cepat, sehingga ikatan antar sel renggang. Dampaknya proses pengupasan kulit menjadi lebih mudah.

Kapasitas mesin pengupas mencapai 5.000 kg

Alat pemecah kemiri memang dilengkapi pompa air 150 watt untuk penyemprotan dan resirkulasi air. Di dalam mesin,kemiri terapung tidak bernas dibuang. Yang tenggelam dan belum terkupas, dihentakkan melalui pipa berdiameter 5 cm setinggi 2,1 m. Bagian dasar hentakan berupa cor-coran semen. Kemiri yang terbuka kemudian dibersihkan secara otomatis. Begitu keluar mesin, kemiri kupasan terbagi 3 kelas dan tinggal dikemas. Menurut Rakhmad harga alat pemecah kemiri berkapasitas 5.000 kg per hari Rp500 juta relatif murah. Saat ini harga 1 kg kemiri Rp2.000 di tingkat pekebun. Artinya, pengusaha mesti menyediakan dana Rp 10-juta sehari. Musim kemiri hanya 3 bulan dalam setahun, sehingga pengusaha mempersiapkan bahan baku untuk masa kerja 200 hari. Dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku Rp2-miliar. Harga mesin yang “cuma” Rp500-juta menjadi relatif kecil.