ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

  • 18 min read

Siti Syamsiah, Rita Nurmalia, Anna Fariyanti

Abstract

Pertanian padi adalah salah satu jenis pertanian yang banyak dilakukan di Indonesia. Padi adalah tanaman yang ditanam di sawah-sawah dengan air yang cukup. Padi dapat tumbuh di berbagai kondisi iklim, namun ia menghasilkan hasil terbaik di dataran rendah dengan curah hujan yang cukup. Pertanian padi sangat menguntungkan di Indonesia karena mempunyai potensi produksi yang tinggi. Pertanian padi memerlukan perawatan yang baik agar dapat berproduksi dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap petani dalam menggunakan benih padi varietas unggul. Padi merupakan komoditas strategis dalam mengembangkan pertanian di Indonesia. Peningkatan produksi padi nasional dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas, luas tanam dan penggunaan varietas unggul.

Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan benih padi varietas unggul adalah sikap petani untuk memilih dan menggunakan benih yang tepat. Penggunaan padi varietas unggul adalah cara alternatif untuk meningkatkan produksi padi di Kabupaten Subang Jawa Barat.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner. Responden pada penelitian ini berjumlah 100 petani padi (pernah menggunakan varietas Ciherang, IR64, dan IR42). Analisis Sikap Multiatribut Fishbein digunakan untuk menganalisis sikap petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul.

Hasil analisis sikap Fishbein menunjukkan bahwa sikap petani lebih baik terhadap benih padi varietas IR 42 dibandingkan Ciherang dan IR 64. Alasan utama mereka karena IR 42 mempunyai harga gabah, produktivitas, tahan terhadap hama dan penyakit serta kemudahan menjual gabah (pasar yang tersedia) lebih tinggi dibandingkan Ciherang dan IR64.

Keywords

sikap petani; benih padi; fishbein

Full Text:

PDF

Refbacks

There are currently no refbacks.

PENDAHULUAN

Padi merupakan salah satu tanaman utama di Indonesia yang menghasilkan makanan pokok terbesar yaitu komoditi beras. Menurut Nurmalina (2007) beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh hampir 98% masyarakat Indonesia. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah permintaan akan ketersediaan komoditi beras.

Pada masa sekarang pola konsumsi beras mulai meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya berpola pangan pokok non beras. Selain dijadikan makanan pokok, beras juga menjadi bahan baku industri yang strategis bagi perekonomian nasional. Sehingga permintaan beras meningkat seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan perubahan selera.

Upaya untuk meningkatkan produksi beras nasional adalah dengan peningkatan produktivitas dan perluasan areal. Dari aspek teknis, teknologi yang digunakan adalah penggunaan benih unggul. Penggunaan benih bermutu merupakan kunci sukses pertama dalam usahatani padi. Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan varietas unggul padi pada suatu daerah adalah sikap dan preferensi petani untuk memilih dan menggunakan benih unggul yang sesuai.

Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan dan dianjurkan pemerintah tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru, mengingat perbedaan preferensi petani padi terhadap varietas di masing-masing wilayah tidak sama. Banyaknya varietas benih yang dihasilkan melalui penelitian, hanya sedikit yang diadopsi oleh petani, hal ini dimungkinkan pada saat melakukan penelitian tidak memperhitungkan preferensi dan persepsi petani tentang varietas tersebut.

Benih padi unggulan

Benih padi unggul adalah benih padi yang ditanam dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Benih padi unggul diperoleh dari proses seleksi dan pemuliaan yang dilakukan secara teratur. Benih padi unggul memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan benih padi biasa, seperti:

  1. Hasil yang lebih baik: Benih padi unggul memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan benih padi biasa, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
  2.  Lebih tahan terhadap penyakit: Benih padi unggul umumnya lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan benih padi biasa, sehingga dapat mengurangi resiko kerugian akibat penyakit.
  3. Lebih tahan terhadap cuaca ekstrem: Benih padi unggul umumnya lebih tahan terhadap cuaca ekstrem seperti panas atau hujan lebat, sehingga dapat mengurangi resiko gagal panen akibat cuaca ekstrem.

Benih padi unggul yang berkualitas dapat ditanam di berbagai kondisi tanah dan iklim, sehingga dapat menghasilkan padi dengan kualitas yang lebih tinggi. Benih padi unggul juga dapat tumbuh dengan cepat dan menghasilkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan padi biasa.

Varietas Padi

Tanaman padi adalah tanaman pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Padi tumbuh di seluruh wilayah Indonesia dan ditanam sebagai tanaman pangan utama. Tanaman ini dapat hidup dalam kondisi air yang rendah, sehingga sering digunakan untuk mengairi sawah. Padi memiliki beberapa varietas, yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran dan bentuk daun, serta warna bunga.

Varietas unggul adalah varietas tanaman yang telah dipilih dan dikembangkan oleh petani dan peneliti untuk meningkatkan produksi, kualitas, atau ambang batas kerja. Varietas unggul dapat dikembangkan dari varietas alami atau hasil penyilangan. Penyilangan adalah proses pencampuran genetik dari dua individu tanaman yang berbeda, yang menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat baru.

Padi biasanya ditanam dalam lahan kering, seperti sawah, karena dapat hidup dalam kondisi air yang rendah. Tanaman ini sering digunakan untuk mengairi sawah, sehingga dikenal sebagai salah satu komoditas penting di negara-negara tropis. benih padi unggul memiliki beberapa varietas, yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran dan bentuk daun, serta warna bunga.

Varietas padi yang paling umum ditanam di Indonesia adalah padi gogo. Padi gogo memiliki daun yang lebar dan bulat, dengan bunga berwarna putih. Tanaman ini biasanya ditanam di sawah-sawah di pedalaman, seperti di Jawa dan Kalimantan.

Tabel Jenis Dan varietas padi Hibrida di indonesia

Tabel 1. Jenis Padi Inbrida Tahan HDB yang dilepas Tahun 2011.

Tabel 2. Jenis Padi Hibrida Berumur Genjah dan Produktivitas Tinggi yang Dilepas Tahun 2011.

SK Mentan 2011 dan Deskripsi Varietas Padi (BB Padi) 2011

Sikap merupakan hal yang mendasar dalam membentuk perilaku dan sangat mempengaruhi proses keputusan oleh konsumen. Menurut Engel et al. (1994) sikap merupakan evaluasi menyeluruh yang memungkinan orang merespon dengan cara menguntungkan secara konsisten dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Armando (2007) sikap petani terhadap karakteristik produksi dan sikap petani terhadap pemasaran merupakan faktor penting dalam peningkatan adopsi varietas jagung. Mendis et al. (2013) menyatakan bahwa pertimbangan petani dalam memilih varietas padi tergantung pada karakteristik selain hasil seperti persentase benih kosong padi benih, tahan penyakit, dan kondisi permintaan dari konsumen akhir (jenis beras).

Killenga et al. (2014) menyatakan bahwa petani memilih varietas padi sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi yaitu varietas yang toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Hal yang menjadi pilihan utama petani dalam menentukan sikap untuk membeli benih adalah produktivitas (potensi hasil), tahan hama penyakit dan umur tanaman dari benih tersebut (Rusyadi 2014 dan Koes 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Wicaksana et al. (2013) diketahui bahwa atribut-atribut yang menentukan sikap dan kepuasan petani adalah potensi produksi, daya tahan, daya tumbuh benih, keseragaman benih, ukuran benih, ketersediaan benih, harga beli benih, asal produksi, dan label sertifikasi.

Pemerintah melalui program SL-PTT menganjurkan petani untuk menggunakan benih padi varietas Ciherang. Pada tahun 2013 varietas Ciherang merupakan paling yang banyak ditanam petani hingga mencapai 41.2 persen, diikuti oleh Mekongga 7.6 persen, IR 64 7.2 persen dan Situ Bagendit 6 persen di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2014 penggunaan benih padi mengalami perubahan, varietas Ciherang 37.10 persen, Mekongga 8.37 persen, Situ bagendit 7.47 persen dan IR 64 7.11 persen (Balai Besar Penelitian Padi 2015).

Kabupaten Subang dikategorikan sentra produksi beras dengan pertimbangan luas panen yang menduduki peringkat ketiga (BPS Jawa Barat, 2015). Sektor pertanian tanaman pangan menyumbang 28.51 persen terhadap pembentukan Pendapatan Daerah Rata-Rata Bruto (PDRB). Kabupaten Subang mempunyai luas areal lahan sawah di Subang mencapai 84,928 hektar.

Produktivitas padi inbrida (varietas Ciherang) di daerah Subang dan Ciamis, mencapai record produksi pada musim tanam 2009 dengan capaian produksi di atas 10 ton per hektar. Varietas lain yang banyak ditanam petani di Kabupaten Subang yaitu IR 42, IR 64, Cigeulis, Pandan Wangi, Cimuncul, LUSI dan Mira 1 (BPS Kabupaten Subang 2015).

Penggunaan benih padi unggul varietas Ciherang di Kabupaten Subang mengalami perubahan pada tahun 2010 mencapai 74.24 persen menjadi 57.19 persen pada tahun 2013. Varietas yang banyak ditanam petani selain varietas Ciherang adalah Varietas IR 42 sebesar 18.06 persen dan IR 64 sebesar 5.53 persen.

Hal tersebut menandakan terdapat perbedaan sikap dan preferensi petani terhadap varietas unggul yang ada. Semua ini tidak lepas dari kondisi demografi, ekonomi, sosial, budaya, keluarga, psikologis dan faktor-faktor lainnya. Kondisi tersebut tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih varietas unggul sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu yang dapat memuaskan serta memenuhi kebutuhan mereka.

Penelitian tentang sikap petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul memang merupakan sesuatu hal yang sangat penting dilakukan terutama di Kabupaten Subang Jawa Barat, dimana perilaku petani akan memberikan dampak yang besar bagi Dinas Pertanian Kabupaten Subang Jawa Barat di dalam melaksanakan program upaya peningkatan produksi beras dan ketahanan pangan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis sikap petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Rancaudik, Kecamatan Tambakdahan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi padi, mempunyai luas sawah terbesar dan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani (52%). Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016.

Jenis dan Sumber Data

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Jumlah responden sebanyak 100 orang petani, merupakan petani padi pemilik dan atau pengelola dan pernah menggunakan benih padi varietas Ciherang, IR 64, dan IR 42. Data sekunder diperoleh bahan pustaka terkait dengan penelitian. Selain itu, pustaka lainnya diperoleh dari instansi terkait, seperti BPS, Dinas Pertanian Kabupaten Subang, dan Kementerian Pertanian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Karakteristik Petani

Karakteristik petani dalam proses keputusan pembelian benih padi dikaji dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriftif. Data dan informasi diperoleh dari kuisioner, diolah, dan disajikan dalam bentuk yang lebih ringkas dan lebih mudah dipahami. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasikan berdasarkan jumlah petani repsonden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dari masing-masing variabel yang dianalisis.

Sikap Petani terhadap Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul

Untuk menganalisis sikap petani terhadap penggunaan benih padi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan model sikap Multiatribut Fishbein. Formulasi model Fishbein (Engel et al. 1994) adalah sebagai berikut:

$$ \mathrm{A}_0=\frac{\mathrm{n}}{\frac{\mathrm{i} b_j k_i}{\mathrm{i}=\mathrm{l}}} $$

dimana:

Ao= Sikap terhadap objek

bi = Kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atribut i

ei = Evaluasi mengenai atribut i n = Jumlah atribut yang menonjol

Variabel ei menggambarkan evaluasi atribut dari benih padi varietas unggul (Ciherang, IR 64, dan IR 42). Variabel bi menunjukkan seberapa kuat petani percaya bahwa benih padi varietas unggul yang diteliti memiliki atribut-atribut yang diajukan dalam kuisioner.

Variabel Ao menunjukkan penilaian sikap petani terhadap atribut benih padi varietas unggul, yang merupakan hasil perkalian setiap skor kekuatan kepercayaan dengan skor evaluasi atributnya. Atribut produk yang diuji dalam penelitian sebanyak 18 atribut yaitu produktivitas, tahan hama dan penyakit, umur tanaman, daya tumbuh (berkecambah), efisiensi penggunaan pupuk, daya simpan, kualitas kemasan, jenis varietas, ukuran benih, tekstur nasi, tanggal kadaluarsa, label benih, harga benih, harga gabah, kemudahan dalam akses benih, stok benih (ketersediaan), kemudahan dalam menjual gabah, dan demplot dilapangan.

Skala pengukuran yang digunakan dalam analisis Fishbein dikategorikan ke dalam 5 kelas. Rincian rentang skala pada tingkat kepentingan (ei) dan tingkat kepercayaan (bi) yaitu: a) 1.00 < x < 1.80 = sangat tidak penting b) 1.80 < x < 2.60 = tidak penting c) 2.60 < x < 3.40 = cukup penting d) 3.40 < x < 4.20 = penting e) 4.20 < x < 5.00 = sangat penting

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani

Penelitian ini mengambil sebanyak 100 responden yang diambil secara non-probability sampling dengan pendekatan judgement sampling, yaitu berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Responden merupakan petani padi yaitu petani pemilik dan atau pengelola lahan yang ada di desa Ranca Udik, Kecamatan Tambakdahan. Petani tersebut pernah menanam padi dengan varietas Ciherang, IR42 dan IR64 minimal 2 tahun terakhir.

Sebagian besar petani responden adalah laki-laki (92%), dengan sebaran usia 36-50 tahun (51%). Umumnya pendidikan petani yakni SD (64%). Petani responden menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka (95%). Pekerjaan sampingan selain bertani adalah toko kelontong, pedagang, buruh tani dan peternak. Pola tanam yang biasa digunakan petani responden adalah padi-padi-padi. Petani responden melakukan budidaya padi sebanyak dua kali (100%).

Analisis Sikap Petani terhadap Benih Padi Varietas Unggul

Penilaian Evaluasi Atribut

Penilaian evaluasi atribut dalam penelitian ini meliputi 18 atribut yaitu produktivitas, tahan hama dan penyakit, umur tanaman, daya tumbuh (berkecambah), efisiensi penggunaan pupuk, daya simpan, kualitas kemasan, jenis varietas, ukuran benih, tekstur nasi, tanggal kadaluarsa, label benih, harga benih, harga gabah, kemudahan dalam akses benih, stok benih, kemudahan menjual gabah, dan ketersediaan demplot di lapangan.

Kepentingan atau evaluasi diukur menggunakan skala Likert dengan rentang 1=sangat tidak penting, 2=tidak penting, 3=cukup penting, 4=penting, dan 5=sangat penting. Tabel 1 menunjukkan hasil penilaian petani responden terhadap evaluasi atribut (ei) benih padi.

Tabel 1 Penilaian Evaluasi (ei) atribut benih padi

Berdasarkan penilaian evaluasi (ei) terhadap 18 atribut benih padi, sebagaimana terlihat pada Tabel 1, tingkat penilaian evaluasi menunjukkan sebanyak sembilan atribut berada pada rentang skala sangat penting, sementara sembilan atribut lainnya berada dalam rentang skala penting.

Kesembilan atribut dalam kategori sangat penting adalah harga gabah (4.97), produktivitas (4.90), tahan hama dan penyakit (4.90), kemudahan dalam menjual gabah (4.59), label benih (4.40), jenis varietas (4.36), ketersediaan demplot di lapangan (4.35), tanggal kadaluarsa (4.33), dan kualitas kemasan (4.21).

Sementara sembilan atribut dalam kategori penting adalah efisiensi penggunaan pupuk (4.14), daya tumbuh (4.11), stok benih (4.11), ukuran benih (4.09), daya simpan (4.07), tekstur nasi (4.03), kemudahan dalam akses benih (4.02), umur tanaman (3.98), harga benih (3.78).

Berdasarkan hal tersebut, diperoleh bahwa harga gabah merupakan atribut benih padi yang mempunyai tingkat evaluasi paling penting. Sehingga secara keseluruhan petani responden menilai bahwa selain atribut produktivitas yang biasanya dipertimbangkan, faktor harga gabah menjadi pertimbangan utama untuk memilih dan menggunakan benih padi varietas unggul dalam budidaya padi

Penilaian Kepercayaan Atribut

Penilaian terhadap atribut kepercayaan menggambarkan seberapa besar responden percaya bahwa suatu atribut melekat pada suatu objek tertentu. Seperti halnya dalam analisis evaluasi, analisis kepercayaan terhadap atribut benih padi varietas Ciherang, IR 64, dan IR 42 diukur dengan menggunakan skala Likert dengan rentang skala 1 sampai 5. Hasil yang diperoleh dari analisis kepercayaan dan kepentingan akan menentukan sikap petani responden terhadap benih padi varietas unggul yang paling diinginkan.

Penilaian tingkat kepercayaan petani terhadap benih padi varietas Ciherang, IR64, dan IR42 meliputi 18 atribut sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Hasil yang diperoleh sebagaimana terlihat pada Tabel 2, skor kepercayaan atribut harga gabah pada varietas Ciherang (2.65), IR64 (2.25), dan IR42 (4.89). Skor kepercayaan pada atribut produktivitas diperoleh varietas Ciherang adalah atribut produktivitas (4.05), sama halnya dengan benih padi varietas IR64 (4.00), varietas IR42 (4.57).

Tabel 2 Penilaian kepercayaan benih padi varietas Ciherang, IR 64, dan IR 42

Sikap Petani terhadap Benih Padi Varietas Ciherang, IR64, dan IR42

Analisis sikap petani responden terhadap atribut benih padi varietas unggul (Ciherang, IR64, dan IR42) didapatkan setelah skor evaluasi (ei) dikalikan dengan skor kepercayaan (ei) yang sesuai menurut masing-masing atribut. Nilai sikap keseluruhan akan didapatkan dengan menjumlahkan nilai sikap pada masing-masing atribut.

Semakin besar total skor sikap maka produk terkait semakin dapat memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Analisis sikap petani responden terhadap atribut benih padi varietas unggul (Ciherang, IR64, dan IR42) didapatkan setelah skor evaluasi (ei) dikalikan dengan skor kepercayaan (ei) yang sesuai menurut masing-masing atribut.

Nilai sikap keseluruhan akan didapatkan dengan menjumlahkan nilai sikap pada masing-masing atribut. Semakin besar total skor sikap maka produk terkait semakin dapat memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden.

Berdasarkan hasil penelitian seperti terlihat pada Tabel 3, diperoleh keseluruhan sikap total (Ao total) terhadap benih padi varietas Ciherang (275.38), keseluruhan sikap total terhadap varietas IR64 (261.80), dan keseluruhan sikap total varietas IR42 (307.46).

Hasil analisis sikap multiatribut fishbein menunjukkan bahwa sikap petani responden berbeda-beda terhadap ketiga jenis benih padi varietas unggul. Sikap petani responden terhadap varietas IR42 lebih baik dibandingkan varietas Ciherang dan IR64.

Hal ini dikarenakan varietas IR42 memiliki keunggulan pada atribut harga jual gabah, produktivitas, tahan hama dan penyakit, daya tumbuh (berkecambah) dan kemudahan menjual gabah.

Dari 18 atribut benih padi vareitas unggul, atribut harga jual gabah, produktivitas, tahan hama dan penyakit, dan kemudahan dalam menjual gabah memperoleh sikap sangat penting. Menurut Rusyadi (2014), Koes (2013), dan Wicaksana et al. (2013) hal yang menjadi pilihan utama petani dalam menentukan penggunaan benih adalah produktivitas, daya tahan, daya tumbuh benih, keseragaman benih, ukuran benih, ketersediaan benih, harga beli benih, asal produksi, dan label sertifikasi. Li et al. (2010) menyatakan bahwa potensi hasil dan penjualan memberikan dampak positif terhadap pilihan petani terhadap benih.

Harga gabah yang tinggi merupakan atribut yang sangat penting bagi petani responden karena akan menentukan keuntungan yang diperoleh. Sikap petani terhadap harga gabah varietas Ciherang adalah 13.17 (cukup murah), varietas IR64 sebesar 11.18 (cukup murah), sedangkan varietas IR42 sebesar 24.30 (sangat mahal).

Berdasarkan hasil tersebut, menurut petani responden harga gabah benih padi unggul varietas IR42 lebih mahal. Hal ini menunjukkan bahwa petani menginginkan bahwa hasil gabah yang mempunyai harga jual tinggi. Harga gabah tertinggi varietas IR 42 dapat mencapai Rp 700 000 per kuintal sedangkan varietas Ciherang dan IR 64 berada dalam kisaran Rp 400 000-Rp 500 000 per kuintal.

Untuk menjaga kestabilan harga gabah pemerintah menetapkan harga dasar atau harga pembelian pemerintah (HPP). Hasil penelitian Maulana dan Rahman (2010) menunjukkan bahwa kebijakan HPP GKP cukup efektif dalam menjaga stabilitas harga GKP di tingkat petani.

Selain harga gabah, petani responden juga mengharapkan produktivitas yang tinggi dari setiap varietas yang ditanam. Menurut petani responden produktivitas varietas IR 42 lebih tinggi dibandingkan Ciherang dan IR 64.

Produktivitas varietas IR 42 tertinggi dalam satu kali panen dapat mencapai 12 ton/ha melebihi potensi hasil yang diestimasi. Sikap petani terhadap atribut tahan hama dan penyakit pada benih padi varietas Ciherang adalah 18.57, varietas IR 64 15.73, sedangkan varietas IR 42.

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa menurut petani responden benih padi varietas IR 42 lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Atribut kemudahan dalam menjual gabah memperoleh nilai evaluasi tinggi. Petani responden menjual gabahnya ke pedagang pengumpul, dan sangat mudah dilakukan dengan prosedur yang sederhana.

Gabah IR42 lebih mudah dan disukai oleh konsumen karena gabah IR42 ini dapat digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan beras (bihun, mie, dan tepung beras).

Tabel 3 Analisis sikap petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul

Industri pengolahan beras menyukai gabah IR42 karena memiliki kadar amilosa yang tinggi (>25%), sehingga sangat cocok sebagai bahan baku pembuatan bihun, mie dan tepung beras. Menurut Suprihatno et al. (2010) varietas IR42 mempunyai kadar amilosa 27 persen dan memiliki tekstur nasi pera, IR64 dan Ciherang mempunyai kadar amilosa 23 persen dan memiliki tekstur nasi yang pulen.

Widowati et al. (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jenis beras yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku dalam pembutan bihun adalah beras pera yang memiliki kadar amilosa yang tinggi. Sehingga pemilihan bahan dasar beras pera merupakan dasar pertimbangan untuk dapat menghasilkan produk bihun yang disukai oleh konsumen.

Sehingga berdasarkan hasil total dari penilaian sikap terhadap benih padi varietas Ciherang, IR64, dan IR42l tersebut, menunjukkan bahwa benih padi varietas IR42 lebih disukai oleh petani di Desa Rancaudik, Kecamatan Tambakdahan, Jawa Barat.

Untuk memetakan persepsi yang ada dalam benak petani responden diperlukan suatu alat bantu khusus karena petani responden memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap atribut yang dipilih. Alat bantu yang digunakan adalah grafik sarang laba-laba. Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian pada

Gambar 1, persepsi petani responden terhadap benih padi varietas IR42 lebih baik dibandingkan dengan benih padi varietas Ciherang dan IR64. Sebagian besar dari 18 atribut yang digunakan, menunjukkan tingkat nilai lebih tinggi pada benih padi varietas IR42 dibandingkan varietas Ciherang dan IR64, yaitu pada atribut harga jual gabah, produktivitas, tahan hama dan penyakit, daya tumbuh (berkecambah), efisiensi penggunaan pupuk, daya simpan, kemasan, jenis varietas, stok benih, kemudahan menjual gabah, dan ketersediaan demplot dilapangan.

Hanya beberapa atribut saja yang menunjukkan persepsi petani responden terhadap benih padai varietas Ciherang lebih tinggi dibandingkan benih padi varietas IR64 dan IR42, yaitu pada atribut ukuran benih. Varietas Ciherang mempunyai ukuran benih lebih besar dibandingkan varietas IR64 dan IR42. Persepsi petani responden terhadap benih padi varietas IR64 lebih tinggi dibandingkan benih padi varietas Ciherang dan IR42, yaitu pada atribut umur tanaman. Umur tanaman varietas IR64 (110 - 120 hari) paling pendek dibandingkan dengan varietas Ciherang (116-125 hari) dan IR42 (135-145 hari).

Gambar 1 Peta persepsi petani terhadap varietas Ciherang, IR64, dan IR 42

Dari beberapa keunggulan yang dimiliki oleh benih padi varietas IR42, faktor yang menjadi pendorong utama bagi petani untuk menggunakan benih padi varietas IR42 adalah harga jual yang tinggi, produktivitas yang tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, serta kemudahan dalam menjual gabah. Varietas IR42 mempunyai harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menjadi alasan utama petani memilih varietas IR42 karena petani ingin memperoleh keuntungan lebih banyak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sikap petani terhadap benih padi unggul varietas IR42 lebih baik dibandingkan benih padi varietas Ciherang dan IR64. Hal ini menunjukkan bahwa benih varietas IR42 memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan benih varietas Ciherang dan IR64.

Saran

Program-program pemerintah seperti SLPTT dalam menganjurkan penggunaan benih varietas unggul sebaiknya disesuaikan dengan sikap dan preferensi petani. Berdasarkan hasil penelitian, sikap petani terhadap benih padi unggul varietas IR42 lebih baik dibandingkan benih varietas Ciherang dan IR64. Dengan demikian merekomendasikan kepada pemerintah untuk menganjurkan penggunaan benih varietas IR42 di Desa Rancaudik, Kecamatan Tambakdahan karena lebih disukai petani.

 

DAFTAR PUSTAKA

Armando, EP. 2007. Farmers’ attitudes and adoption of improved maize varieties and chemical fertilizers in the Manica District, Mozambique. UMI Microform 3298028. Copyright 2008 by ProQuest Information and Learning Company. All rights reserved.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai. 2014. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik

Balai Besar Penelitian Padi. 2015. Peta dan Sebaran Varietas Padi. Subang. Jawa Barat(ID)

Engel JF, Roger DB, Paul WM. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta (ID).

Killenga SK, Tongoona P, Derera J, Kanyeka Z. 2014. Farmers’ perception of salt affected soils and rice varieties preferences in the north-eastern Tanzania and their implications in breeding. International Journal of Development and Sustainability ISSN: 2168-8662 - www.isdsnet.com/ijds Volume 3 Number 6 Pages 1257-1271 ISDS Article ID: JDS13012205

Koes A. 2013. Analisis Sikap, Kepuasan Dan Loyalitas Petani Terhadap Penggunaan Benih Unggul Jagung Komposit Di Sulawesi Selatan. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Maulana M, Rachman B. 2011. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Beras Tahun 2010: Efektivitas dan Implikasinya Terhadap Kualitas dan Pengadaan oleh Dolog. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 9 No.4. Desember 2011:331-347

Mendis S, Edirisinghe JC. 2013. Willingness To Pay For Rice Traits in Kurunegala and Hambantota Districts: An Application Of A Spatial Hedonic Pricing Model. The Journal of Agricultural Sciences, 2013, vol.8, no.1.

Nurmalina R. 2007. Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras di Beberapa Wilayah Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Indonesia (ID) Volume 26 No.1, Mei 2008 : 47-49.

Rusyadi Y. 2014. Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Terhadap Atribut Benih Padi Hibrida Maro Di Kabupaten Subang Jawa Barat. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor(ID).

Suprihatno B, Daradjat AA, Satoto, Baehaki, Suprihanto, Widiarta IN, Setyono A, S. Indrasari DS, Wardana IP, Sembiring H. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Wicaksana BE, Abdul Wahib Muhaimin, Djoko Koestiono. 2013. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani dalam menggunakan Benih Kentang Bersertifikat (Solanum tuberosum L.) (Kasus di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu). Habitat Volume XXIV, No. 3, Bulan Desember 2013 ISSN: 0853-5167

Widowati S., Herawati H., Mulyani ES., Yuliwardi F., Muhandri T. 2014. Pengaruh Perlakuan Heat Mouiture Treatment (HMT) Terhadap Sifat Fisiko Kimia Tepung Beras dan Aplikasinya Dalam Pembuatan Bihun Berindeks Glikemik Rendah. J. Pascapanen 11(2) 2014 : 59 - 66