Efesiensi Kompor Briket Batubara Vs Briket Sekam Padi

  • 3 min read

Kulit padi yang dipadatkan itu dibakar pada suhu 250 sampai 270°C selama 10 menit. Begitu keluar, panjangnya menyusut tinggal 10 cm. Warnanya juga jadi cokelat Kehitaman. Masyarakat Chitralada memanfaatkannya sebagai bahan bakar memasak. Yang dilakukan Baihaqi Idrus mirip hal itu. Bedanya, pensiunan Departemen Kehakiman itu memanfaatkan batubara sebagai bahan baku briket , bukan sekam padi. Menurut Baihaqi, briket batubara merupakan bahan bakar yang umumnya berasap tebal dan hitam. Selain itu, jika sudah menyala sangat sulit untuk dimatikan. Itu sebabnya, 2 tahun silam sosialisasi penggunaan batubara untuk rumah tangga gagal. Padahal harga briket batubara murah, hanya Rp900 per buah. Bandingkan dengan harga seliter minyak tanah Rp2.000. “Perlu briket senilai Rp 1.500 agar setara dengan seliter minyak tanah,” kata Dr Agus Rusiana, kepala Balai Besar Teknologi Energi BPPT di Jakarta.

Pengertian Dan Kegunaan Briket

Briket (juga dieja briket) adalah blok terkompresi dari serpihan batubara atau bahan mudah terbakar lainnya (seperti arang, serbuk gergaji, serpihan kayu, gambut, atau kertas) yang digunakan untuk bahan bakar dan kayu bakar untuk menyalakan api . Briket dibuat dengan cara mengkompres serpihan batu bara atau bubuk bersama-sama di bawah tekanan. Ada dua jenis briket tanpa karbon yang diproduksi:

  1. Briket tanpa bahan pengikat (lem),
  2. Sebuah pengikat disertakan dalam briket.

Briket (terutama briket batubara dan sekam padi) telah digunakan sebagai sumber energi selama lebih dari satu abad. Secara tradisional, teknologi briket dikembangkan untuk menghasilkan briket dari residu lokal yang kemudian digunakan pada kompor memasak rumah tangga dan restoran di negara berkembang.

Briket Batubara Tanpa asap

Setahun terakhir, Baihaqi Idrus meriset penggunaan kompor briket batubara. Hasilnya,kompor silinder setinggi 50 cm dengan tabung batubara dari porselen. kompor briket batubara itu irit dan bebas polusi. Jika dinyalakan, tampak api berwarna biru tanpa jelaga hitam. Yang menggembirakan, api kompor itu dapat dihidup-matikan seperti kompor minyak tanah. Itu karena kompor briket batubara diberi pengatur udara. Saat lubang udara itu ditutup, praktis api mati. Keuntungan lain, karena tabung berada di bagian atas kompor briket batubara, ia mudah dibongkar-pasang untuk dibersihkan. Ketika bahan bakar habis, untuk mengisi briket, tutup atas tabung tinggal dibuka. Namun bila memasukkan briket sedikit, dipakai penjepit. Dengan penjepit itu briket diselipkan ke lubang yang terletak di tengah kompor. Untuk menyalakan kompor briket batubara, dipakai starter yang terdapat di lubang udara. Starter itu berupa briket sebesar cup es krim dengan kepadatan rendah. Starter disulut dengan karton dipilih karena mengeluarkan sedikit asap yang dibakar sampai apinya merembet ke briket yang terletak di atasnya. Saat api kompor briket batubara berwarna biru, itu tandanya

Bahan Baku Yang Melimpah

Batubara menjadi perhatian Baihaqi lantaran ia prihatin melihat para tetangga di lingkungannya selalu berkeluh-kesah tentang melambungnya harga bahan bakar minyak. Padahal, saat itu briket batubara sudah digadang-gadang pemerintah sebagai pengganti minyak tanah. Masyarakat lebih familiar dengan minyak tanah sehingga lebih banyak dipakai.

Aplikasi Rumus Kepadatan Dan Kadar Karbon Briket

Memang, pengguna batubara terganjal rendahnya kualitas briket di pasaran. Orang enggan memakai karena agak sulit menyalakan, apalagi mematikannya. Itu pula yang mendorong pasangan suami istri itu membuat briket batubara bersih dari segala kerepotan. Itu terwujud pertengahan tahun ini, setelah mereka mendapat rumus kepadatan dan kadar karbon yang tepat dari batubara olahan. Karya Baihaqi itu memang bak oase di tengah gurun pasir saat sumber energi fosil terus menyusut. Inilah salah satu bentuk energi alternatif yang akan banyak membantu masyarakat seperti halnya sekam padi di Chitralada, Thailand.