Buah Naga Nan Cantik Asal Hutan

  • 5 min read

Deretan lampu pada tiang-tiang setinggi 2 m otomatis menyala begitu gelap menyergap kebun dragon fruit di Rayong, Thailand. Di Taiwan keluarga kaktus-kaktusan itu ditanam dalam greenhouse berangka besi. Pekebun di Malaysia malah mencoba menanam dalam pot dengan sistem hidroponik. Buah naga memang kini komoditas andalan di banyak negara. Padahal, dulu ia tumbuh liar di belantara Amerika Selatan. Untuk urusan buah-buahan, orang Thailand terkenal gesit. Dragon fruit yang baru 5 tahun terakhir ditanam langsung diteliti secara intensif. Salah satunya ialah memberi cahaya tambahan, seperti pada krisan. Setiap 3 rumpun buah naga disinari lampu yang tergantung pada tiang setinggi 2 m. “Penambahan cahaya buatan dibutuhkan supaya kualitas buah lebih bagus,” kata Dr Singching Tongdee, ahli pascapanen buah-buahan dari Kasetsart University kepada Ir Nancy Martasuta, ahli alih informasi pertanian Thailand. Kebun itu juga dilengkapi fasilitas irigasi tetes. Tinggal membuka keran yang terletak di setiap 3 baris tanaman seluruh kebun terairi. Di Taiwan buah naga ditumbuhkan dalam rumah kaca. Seluruh atap diselimuti plastik UV. Tiang-tiang besi menyangga rumpun-rumpun kaktus berumur 3 tahun. Lantaran sulur sangat padat antartiang penyangga dihubungkan dengan besi tambahan yang dipasang melintang.

Masa Perang Vietnam

Tentu beralasan bila pekebun memberi perlakuan istimewa. Buah naga laku diekspor terutama untuk pasar Eropa. Konsumen di sana percaya ia penyeimbang kadar gula darah, pengontrol kolesterol, dan pencegah kanker usus. Kandungan serat cukup banyak sehingga cocok untuk diet. Hongkong, Cina, dan Jepang juga pasar potensial. Pasokan kebanyakan datang dari Vietnam, salah satu produsen terbesar. Awalnya ia dibawa ke negara di kawasan Indocina itu oleh seorang Perancis pada 1870 dari Guyana Amerika Selatan bagian utara sebagai hias-hiasan. Alasannya sosok unik dan bunga cantik berwarna putih. Oleh karena itu ia mendapat julukan si putri bangsawan. Ada juga yang mengatakan tentara Amerika Serikat-lah yang tak sengaja mendatangkan waktu pecah perang Vietnam. Riwayat yang beredar di Malaysia, pitahaya roja bahasa Meksiko berkembang di Vietnam berkat jasa seorang petani miskin. Bermodal uang hasil menjual lembu dan delman ia memperbanyak kaktus hias peninggalan sang ayah. Kini si pekebun sukses menjadi eksportir. Hasil penjualan buah naga pada 2001 mencapai US$2,5-juta. Lama berselang orang Vietnam baru tahu kaktus yang tumbuh merambat itu tak cuma dinikmati keindahannya. Buah berwarna merah sebesar apel enak dimakan. Suku Aztek penduduk asli Amerika Tengah dan Amerika Selatan sudah lama memetik pitahaya liar dari hutan sebagai sumber pangan. Kini thanh long bahasa Vietnam, artinya buah naga komoditas ekspor nomor 2 di negara bekas jajahan Perancis itu. Ia dihidangkan maskapai Vietnam Airlines dalam perjalanan ke Eropa sebagai pencuci mulut. Buah bersurai itu juga melengkapi menu sarapan di The Amara Saigon Hotel.

Sempat Tidak dilirik

Yang tak kalah serius mengembangkan buah naga ialah Israel. Lantaran sadar tak punya lahan subur untuk pertanian, negara di Timur Tengah itu melirik kaktus-kaktusan untuk ditumbuhkan di gurun pasir. Di sana banyak ditanam jenis H undatus dan Selenicereus megatanthus. Sentra penanaman terpusat di Gurun Negev. Hasil panen diekspor ke Eropa dengan nama eden (buah surga) atau pitahaya. Padahal waktu diperkenalkan pertama kali oleh Prof Yosef Mizrahi dari Universitas Ben-Gurion tak ada pekebun yang melirik.

Pertumbuhan buah naga pada Musim panas

Di Kolombia kaktus itu dirambatkan pada teralis besi berujung segitiga. Cara itu lantas diadopsi pekebun Israel. Belakangan Thailand mengikuti untuk penanaman H undatus. Naga berkulit merah itu juga ditemukan di pekarangan sekolah ternama Punahou School di Honolulu. Pinini o kapunahou bahasa Hawaii menempel di dinding batu bekas aliran lava. Pada musim panas banyak orang berkunjung ke sana. Saat itu bunga-bunga putih nan harum sedang mekar menyelimuti permukaan dinding. Konon dari tanaman yang pertama ditanam pada 1836 itu H undatus menyebar ke seluruh pulau di Samudera Pasifik itu. Gara-gara melihat buah naga di Vietnam pasangan Fred dan Jenni Karlsson tertarik menanam 3.000 bibit di kediaman mereka di McMinns Lagoon, Northern Territory, Australia. Ia juga dibudidayakan di Queensland. Toh, citra dragon fruit sebagai tanaman bagus-bagusan masih melekat meski sudah banyak yang mengusahakan untuk diambil buahnya. Di Malaysia kaktus madu itu dibuat tabulampot mirip yang ada di Desa Jagul, Kecamatan Ngancar, Kediri. Hanya saja negeri jiran itu menggunakan sistem hidroponik. Hobiis di Kalifomia, Amerika Serikat, menanam sebagai pelengkap koleksi tanaman eksotis di pekarangan.

Untuk Pengobatan

Buah yang unik pun pantas untuk buah tangan. Hortikulturis Dr Elaine Solowey dari Natural Medicine Research Unit (NMRU) di Hebrew University-Hadassah Medical Center di Jerusalem menghadiahi Dalai Lama pitahaya selesai belajar tentang pengobatan tradisional di Tibet. Lantaran masih banyak yang awam, kaktus itu jadi obyek wisata di taman wisata Tropical Fruit Farm di Teluk Bahang, Penang. Selain bisa menikmati pemandangan yang indah, pengunjung boleh memetik buah sendiri asal membayar di kasir sebelum pulang. Model agrowisata seperti itu Trubus nikmati waktu berkunjung ke kota Zhongshan, Guangdong, Cina. Pemanfaatan buah tak melulu segar. Hasil uji di Research Institute of Fruits and Vegetables (RIFAV) di Gia Lam, Ha Noi, dragon fruit layak dikalengkan. Dragon Lady Surprise salah satu menu spesial di Le Dalat Indochine restoran terbaik berpenampilan 1950-an di Phuket, Thailand. Hidangan itu berupa campuran dragon fruit dengan rum yang ditaburkan di atas es krim. Iseng-iseng hobiis di Kalifornia memetik bunganya untuk dijadikan salad. Dulu prajurit Spanyol yang menyerbu Amerika Latin percaya memakan buah naga mencegah kulit busik. Daging buah juga difermentasi untuk menghasilkan minuman beralkohol. Warna merah daging buah dipakai sebagai pewarna permen atau kue kering.