Cabe gunung: Varietas Cabai Dataran Tinggi

  • 4 min read

Provost, varietas cabe gunung yang diteliti Asep Harpenas dari PT East West Seed Indonesia itu bersosok tinggi. Daun hijau segar berukuran 8 cm x 5 cm. Ruas-ruas batang bergaris ungu. Kerapatan kanopi ditopang percabangan yang kompak menjadikan tanaman terlihat rimbun. Pantas buah muncul dari berbagai cabang sehingga tampak lebat. cabe gunung keriting hibrida, berbunga pada hari ke-33 setelah tanam. Panen perdana pada hari ke-95 sampai 100. Produktivitas per tanaman mencapai 1 kg. Artinya, dengan populasi 16.000 tanaman per ha, pekebun menuai 16 ton. Itu bukan sekadar potensi, tetapi telah dibuktikan oleh banyak pekebun di Garut, Tasikmalaya, dan beberapa daerah Dataran Tinggi di Jawa Barat. Buah tampak bernas dengan bobot rata-rata 17 gram per buah. Satu kilo terdiri atas sekitar 55 buah. Selain itu provost resisten serangan hama dan penyakit terutama thrips dan galling. Varietas cabe gunung itu adaptif dibudidayakan di dataran tinggi hingga ketinggian 1.000 m dpi.

Cabai Adipati

[caption id=“attachment_7867” align=“alignleft” width=“132”]Cabai Adipati Cabai Adipati, tahan layu phythopthora dan layu bakteri[/caption] Hasil riset PT East West Seed ini beradaptasi baik di dataran rendah sampai Dataran Tinggi dengan elevasi 10 sampai 750 m di atas permukaan laut. cabe gunung Jagoan baru ini berasal dari hibrida persilangan. Buah yang dihasilkan cenderung bulat panjang dengan ujung agak lancip berukuran panjang 16 cm dan garis tengahnya 1,6 cm. Buah berwarna hijau ketika muda dan berubah memerah ketika masak. Potensi yang mungkin dihasilkan sebesar 18 ton per hektar. Tahan terhadap layu phythopthora dan layu bakteri. Mulai banyak dibudidayakan di daerah Banyuwangi, Blitar, Kediri, dan Malang.

Senopati

[caption id=“attachment_7865” align=“alignleft” width=“118”]Cabai Senopati Cabai Senopati, adaptif di dataran rendah[/caption] Varietas baru itu bersosok kokoh. Batang hijau bergaris ungu di ruas-ruas batangnya. Ia beradaptasi baik di Dataran Tinggi sampai ketinggian 750 m dpi. Warna buah hijau saat muda dan merah cerah setelah matang. Keluaran PT East West Seed Indonesia itu mulai berbunga pada umur 30 hari setelah tanam. Panen perdana 20 hari kemudian. Berat buah per tanaman 0,9 gram dan masing-masing buah bobotnya 17 gram. Menghasilkan potensi produksi hingga 16,1 ton per hektar. Kerapatan kanopi yang kompak mendukung kerimbunan batang dengan daun yang hijau. Tanaman cabe gunung ini tahan layu phythopthora dan layu bakteri. Beberapa sentra cabai yang sudah mengusahakan penanaman cabai ini di daerah Dataran Tinggi seperti di antaranya Banyuwangi, Blitar, Kediri, dan Malang.

Cabai Pertiwi

[caption id=“attachment_7866” align=“alignleft” width=“202”]Cabai Pertiwi Cabai Pertiwi, uji multilokasinya memuaskan[/caption] Inilah varietas lokal unggulan hasil riset tangan dingin Mulyono Herlambang dari CV Multi Global Agrindo. Tinggi tanaman berkisar 70 sampai 85 cm. Batang hijau berdiameter 1,5 sampai 2,2 cm. Bentuk daun cabe gunung oval dengan ujung lancip. Proses pembungaan berlangsung antara 40 sampai 45 hari. Buah bulat panjang, 13 sampai 16 cm dengan ujung meruncing mengkilap. Ketebalan kulit mencapai 1,5 sampai 2,5 mm sehingga tahan simpan hingga 10 hari. Ketika muda warna buah hijau dan beranjak memerah saat tua. Panen perdana 70 sampai 80 hari setelah tanam. Produktivitasnya terbilang tinggi, 29,73 ton per ha dengan populasi 16.000 tanaman. Produksi itu melahirkan harapan agar pertiwi memenuhi permintaan cabai di pasaran yang didominasi varietas introduksi. Ia telah melewati uji multilokasi di Karanganyar, Purwodadi, Magelang, Pekalongan, dan Timor Leste. “Keseluruhan uji menunjukkan hasil yang memuaskan,” ujar Mulyono. Produksinya 200 sampai 300 buah setara 2,5 kg per tanaman. Kualitas yang baik juga mendorong cabai ini makin diminati. Pertiwi resisten lalat buah, thrips, dan layu fusarium. Keistimewaan lain, tanaman tahan rontok meski musim hujan sekalipun dan cocok ditanam di dearah Dataran Tinggi.

Cabai Australia

Parung Farm, produsen sayuran hidroponik di Bogor, juga membudidayakan beberapa cabai baru. Menurut Sudibyo Karsono dari Parung Farm, cabe gunung pendatang itu berasal dari Australia. Yang pertama adalah cabai ungu merujuk pada warna buah menjelang matang yang ditanam 6 bulan lalu. Cabai bulat panjang itu memiliki kombinasi daun yang unik. Tepi daun kehijauan dan bagian tengah ungu. Jumlah tanaman berbuah ungu ini memang tak bisa dibilang banyak, tetapi beberapa telah berhasil disemaikan dengan sistem hidroponik. Si ungu ini tahan hama dan penyakit, terbukti sejak dibudidayakan hingga sekarang tidak tampak adanya serangan hama atau penyakit tertentu. Bila menggunakan sistem hidroponik tanaman ini memerlukan asupan air teratur dengan rentang waktu 2 jam sekali.