Imunisasi Padi 8-9 ton/ha

  • 3 min read

Inovasi yang dilakukan Sarnadi dan Surya layak diacungi jempol. Pasalnya, cara itu istimewa dan baru. Beragam pestisida disemprotkan sejak anggota keluarga Gramineae dalam persemaian. Tujuannya agar bibit yang dihasilkan sehat dan bebas penyakit. “Hasil padi tak mungkin maksimal bila bibit sudah terserang hama dan penyakit. Karena itu kuncinya di persemaian,” kata Sarnadi. Perawatan pada masa persemaian itulah yang kerap dilupakan petani. Penelusuran Trubus di berbagai literatur misalnya. Tak satu pun yang merekomendasikan penyemprotan pestisida pada persemaian. Lazimnya mereka hanya menyarankan pemberian pupuk. “Nggak ada tuh cara imunisasi, itu modifikasi petani saja. Yang ada hanya perlakuan benih,” kata Agus Setyono, pakar padi dari Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa), Subang, Jawa Barat. Berikut imunisasi yang dilakukan Sarnadi dan Surya:

Dengan cara manual

benih padiPadi harus tumbuh optimal, begitu prinsip yang dipegang Sarnadi. Karena itu tempat persemaian pun harus lebih luas. Untuk bibit 1 ha digunakan persemaian berukuran 20 m x 10 m atau 200 m2. Petani lain di Banten umumnya hanya memakai luasan 100 sampai 150 m2. “Cukup 2%. Teorinya bisa 5% dari total penanaman,” kata Sarnadi. Satu hektar lahan membutuhkan 25 kg benih. Rendam benih agar berkecambah. Caranya, bagi 2 benih menjadi 12,5 kg dan masukkan masing-masing ke dalam karung goni. Sarnadi merendam karung di selokan 2 hari 2 malam. Bisa juga di dalam bak. Selepas itu tiriskan 1 malam. Buka karung keesokan harinya dan semprotkan air agar suhu lembap. Menjelang sore kecambah yang muncul disebarkan di lahan persemaian. Enam hari setelah sebar, imunisasi mulai diberikan. Taburkan Carbofuran 1 bungkus setara 2 kg sebagai insektisida. Perlakuan itu digabung dengan penambahan “vitamin” alias hara tanah. Urea 5 kg dan TSP 2 kg. Ketiganya dicampur sebelum ditaburkan ke persemaian. Lima hari sebelum bibit dipindahkan ke lahan, imunisasi kedua dilakukan. Caranya, CaLypso sebanyak 3 tutup botol dan Decis 2 tutup botol dilarutkan dalam 14 1 air. Larutan insektisida itu disemprotkan ke persemaian. Selepas perawatan di masa “bayi”, Sarnadi tetap menjaga padinya. Pada 15 sampai 20 hari setelah tanam, CaLypso kembali disemprotkan untuk mencegah hama sundep. Dosisnya, 2 tutup botol dilarutkan pada air 14 liter. Untuk 1 ha dibutuhkan 800 ml CaLypso. Melewati masa bunting 50 sampai 60 hari setelah tanam, semprotkan Decis sebanyak 2 tutup botol pada 14 1 air. Tambahkan pula 1 bungkus Folicur setara 50 gram sebagai fungisida.

Bantuan Surya

Prinsip imunisasi yang dilakukan Surya kurang lebih sama. Bedanya hanya pada waktu aplikasi. Imunisasi diberikan 2 kali, 15 hari setelah persemaian dan 2 hari sebelum bibit dicabut. Bahan yang digunakan untuk 1 ha penanaman 15 kg benih berupa: CaLypso 1 botol 100 ml, Buldok 80 ml, dan Confidor 1 bungkus. “Itu jumlah keseluruhan, dosis sekali pakai tinggal dibagi 2,” kata Surya. Setelah dipindah ke lahan, perawatan padi tetap diberikan. Pada umur 41 sampai 43 hari dan 61 sampai 65 hari Surya memberikan Folicur. Fungisida itu diberikan 250 g/ha untuk menjaga kualitas dan kuantitas gabah. “Daun bendera tetap hijau saat malai berbuah,” katanya. Akibatnya, aliran makanan hasil fotosintesis tetap mengalir ke buah walau tanaman hampir panen. Bagi Sarnadi dan Surya, imunisasi tak hanya menyehatkan bocah kecil. Itu kabar baik buat petani padi. Ia mampu menggenjot hasil Oryza sativa berlipat ganda.