Kala Sang Ranchu Mencuri Hati

  • 3 min read

Sejak tiga bulan lalu Ever menyulap rumah menjadi kolam Carassius auratus. Alumnus Universitas Kristen Maranatha, Bandung itu memilih ranchu sebagai satwa klangenan. Kelahiran Bogor 25 tahun lalu itu memburu ranchu dengan mengunjungi importir di Jakarta. “Saya harus jadi yang pertama. Jadi sebelum ikan-ikan itu datang, saya sudah menunggu di sana,“ucap ahli lansekap akuarium itu. Ranchu berukuran 5 cm Rp5-juta/ekor; yang lebih besar Rp 10-juta. Dua bulan lalu Ever memesan ranchu dari Jepang lewat dunia maya. Sayang, perburuan lewat internet mengecewakan. Enam ranchu yang dikirim tak sesuai pesanan. Tak ayal bila ia menolak ranchu dari negeri Matahari Terbit itu. “Untung pihak sana (penjual, red) mengerti. Jadi kerugian tak terlalu besar,” ujarnya. Kejadian itu tak membuatnya jera. Sebulan kemudian ia memesan ranchu, oranda, panda, dan black white butterfly dari Cina. Dengan Rp25-juta ia mendapatkan 30 ikan berkualitas prima. Kini maskoki asal negeri Tirai Bambu itu tersebar di rumah dan para sahabatnya.

Gondol juara

[caption id=“attachment_7981” align=“alignleft” width=“334”]Budidaya ranchu Sony, obsesi tangkarkan ranchu bermutu[/caption] Ever tergolong hobiis pendatang baru. Sebelumnya ia banyak bergelut di cupang. Namun, sekali mengikuti lomba di Fishlook Goldfish Contest 2017 di Plaza Gajah Mada Jakarta, ranchu miliknya langsung juara kelas di atas 16 cm. Bahkan black ranchu miliknya disebut-sebut sebagai favorit grand champion di ajang lomba yang digelar Oktober 2017 lalu. Sayang, ranchu miliknya kalah oleh black moor milik Harsono asal Jakarta. Namun, itu tak membuat ranchu miliknya kalah pamor. Di tempat itu juga ikan kesayangannya dilepas ke hobiis lain senilai Rp15-juta. Pria berzodiak Scorpio itu sudah gemar memelihara ikan sejak usia 4 tahun. Ever kecil menolak pulang ke rumah usai sekolah sebelum ibunya membelikan ikan. “Di seberang sekolah banyak penjual ikan hias. Cinta saya mulai dipupuk sejak itu,” katanya mengenang. Hobi itu sempat terputus. Pada 1990-an kung perkutut mencuri hatinya. “Pada dasarnya saya penyayang binatang. Jadi ngga ada masalah saya kembali ke ikan,” paparnya. Sarjana Ekonomi itu bukan tak pernah mengalami kegagalan. Pada Agustus 2003 misalnya, ia memesan 30 maskoki termasuk ranchu dari seorang importir di Jakarta. Akibat pengiriman kurang baik 10 ranchu senilai RplO-juta mati. “Peristiwa itu jadi pengalaman berharga. Saya ngga mau sembarang pilih importir. Akibatnya fatal. Kalau dihitung saya sudah rugi sebuah sepeda motor baru,” ucap pemuda bertato itu.

Rekam gambar

Sonny Pratama, pengusaha tekstil di Bandung, juga tergila-gila pada ranchu. Sejak empat bulan lalu seorang teman mengenalkannya. Ia langsung jatuh hati. Apalagi sang teman bersedia menjadi guru. Kini setiap akhir pekan Sonny bolak-balik Bandung Jakarta untuk berburu ranchu. Dua rumah dan kantornya dihiasi ikan kepala naga itu. Setidaknya 20 ranchu berkualitas tinggi ada di sana. “Lumayan, saya merogoh kocek agak dalam. Ranchu memang mahal, belum lagi aksesori dan akuarium. Tapi saya suka,” ujarnya. Kesibukannya sebagai direktur PT Sinar Putra membuatnya tak bisa terus berada di depan akuarium. Maka, Sonny punya cara unik untuk melepas rindu pada ranchu. Ia merekam ranchu yang berenang di akuarium maupun di kolam fiber dengan handycam. Dengan begitu ia bisa menikmati ranchu kesayangan lewat Liquid Crystal Display (LCD) handycam maupun komputer. “Teknologi kan sudah canggih. Saya bisa nikmati ranchu di mana saja,” kata kelahiran Bandung 38 tahun silam itu. Di rumah lenggak-lenggok ranchu dinikmati pada pukul 19.00. Usai pulang kerja, ia tak langsung beranjak istirahat. Matanya mengamati ikan yang berenang di 4 kolam fiber berukuran 2m x 1m x 0,5m. Sejenak berselang ia melongok 2 akuarium berukuran masing-masing 25 cm x 60 cm 50 cm. Perkembangan ikan selalu diamati. Bila ada yang sakit segera diobati. Aktivitas itu berlangsung sampai pukul 22.00. “Itu belum seberapa. Bila harus menguras kolam. Saya bisa sampai pukul 01.00 dinihari,“katanya. Pria berbintang Gemini itu bercita-cita menghasilkan ranchu bermutu. Tak berlebihan bila dia berniat membangun farm. “Awal 2004 ini mesti jadi. Kami sedang siapkan tempat,” ucapnya. Menurut Sonny tren ranchu akan bertahan lama. Tak ada salahnya bila kebutuhan masyarakat dipenuhi.