Maskoki Cantik dari Atas Garasi

  • 4 min read

Luar biasa! Meski berjumlah lebih dari 200 maskoki berbagai jenis, tak seekor pun yang mengecewakan. Semua tampil prima. Tubuh sehat dan bongsor dengan bentuk proporsional. Warna juga sangat mencolok. Padahal, Harsono mengaku tak punya kiat khusus agar ikan koleksinya tampil prima. Hanya memelihara di kolam alga saja. Keistimewaan maskoki itu sudah dibuktikan di arena kontes. Dalam Kontes Nasional Ikan Hias III, Harsono mendominasi gelar juara. Tropi Menteri Kelautan dan Perikanan pun berhasil di bawa pulang. Padahal, ketika itu ia baru 6 bulan menggeluti hobinya. tropi yang sama tak juga lepas dari genggaman pengusaha industri logam itu. Teknik air hijau sebenarnya telah banyak dipakai hobiis di beberapa negara untuk menghasilkan maskoki berkualitas prima. Di Cina dan Jepang, hobiis koi dan maskoki juara biasanya memelihara koleksinya dalam kolam berair hijau. Teknik air hijau diterapkan sejak awal mengoleksi maskoki. Untuk mewujudkan keinginan itu ia merenovasi garasi rumah. Atap garasi yang semula hanya berupa genting, disulap menjadi dak beton, atas dak dibuat 10 bak berkedalaman 1 meter. Enam bak berukuran 1,6 m x 3,2 m; 4 petak, 1,2 m x 1,7 m. Hal itu dilakukan karena ia tak memiliki lahan terbuka yang diperlukan untuk kolam alga. Padahal, “Untuk menjamin pertumbuhan alga, kolam harus berada di lingkungan terbuka,” urai direktur PT Adicentra Arometal itu.

Gampang dikultur

[caption id=“attachment_8507” align=“aligncenter” width=“1617”] Harsono di kolam alga kebanggaannya[/caption] Tidak ada hal istimewa pada konstruksi kolam. Hanya ada 1 lubang pembuangan air di tengah setiap petak kolam itu. Kebutuhan oksigen terlarut disuplai dari 1 buah aerator pada setiap kolam. Air pada kultur alga tak perlu difilter. Apalagi dengan sistem resirkulasi. Sumber air digunakan air tanah. Namun, sebelumnya pastikan kualitas air sesuai syarat. Di antaranya pH 6,5 sampai 7,5, salinitas tidak lebih dari 1%, oksigen terlarut lebih dari 5 ppm, dan bebas dari cemaran kimia beracun. Alga hijau akan muncul sendiri di kolam. Caranya biarkan air kolam tidak mengalir selama 1 hari. Lalu dengan bantuan sinar matahari, seisi kolam dipenuhi alga hijau dalam tempo 3 hari. Proses fotosintesis membuat alga hijau cepat berkembang,” ujar Hartono. Air alga yang telah tersedia dapat dipakai untuk mempercepat kultur alga di kolam baru. Tuangkan seember air alga ke dalam kolam baru lalu diisi air bersih sampai setinggi 10 cm. Esok harinya kolam diisi air lagi sampai setinggi 40 sampai 60 cm. Setiap petak diisi sekitar 20 maskoki. Kolam seluas 1,2 m x 1,7 m khusus untuk ikan berumur di bawah 1 tahun. Kolam berukuran 1,6 m x 3,2 m dihuni ikan berumur 1 sampai 1,5 tahun.

Hemat pakan

Memelihara maskoki dengan sistem air hijau memiliki banyak keuntungan. “Alga hijau menjadi sumber pakan alami maskoki,” paparnya. Ia mengandung protein tinggi yang berguna bagi kesehatan ikan. Karoten segar yang dikandungnya juga menjadi bahan pencemerlang warna. Ketersediaan pakan alami pun semakin lengkap karena kolam terbuka menjadi tempat ideal bagi cacing darah dan larva nyamuk, suatu suplemen penting bagi maskoki. Dari pengalaman Harsono, memelihara maskoki di kolam alga dapat menghemat pakan hingga 70%. Kalau di akuarium pakan pelet harus diberi 3 kali sehari, di kolam alga cukup sekali sehari. “Semua koleksi saya hanya menghabiskan pakan 5 kg/bulan,” ungkap ayah 3 anak itu.

Pengaruh Air butek

[caption id=“attachment_8506” align=“aligncenter” width=“1511”] Membuat noktah-noktah warna tampak tegas menonjol[/caption] Meskipun banyak memiliki keuntungan, banyak hobiis di Indonesia yang enggan menerapkan teknik ini. Pasalnya, sebagai ikan hias, maskoki dipelihara di air jernih untuk dinikmati keindahannya. Di kolam hijau ikan bersembunyi di dasar kolam, tidak terlihat. Saat Trubus berkunjung, Harsono kesulitan menangkap ikan-ikan kesayangannya. Kolam alga juga mengandung risiko. Tingginya populasi alga di kolam justru membuat ikan mati lemas di pagi hari akibat kekurangan oksigen. Sebab, di malam hari alga dan ikan bersaing memperebutkan oksigen. Agar kebutuhan oksigen terpenuhi, aerasi kolam perlu ditingkatkan pada malam hari. Untuk menghindari terjadinya blooming (ledakan populasi alga, red), air kolam diganti 3 sampai 5 hari sekali. Caranya dengan membuang 80% volume air dan menggantinya dengan air baru. Penggantian air juga untuk membuang kotoran di dasar kolam. Namun, lumut yang menempel di dinding dan dasar kolam tidak perlu dibuang. Kecuali jika terlalu tebal sehingga dinding dan dasar kolam menjadi sangat licin dan membahayakan pemiliknya.