Hasil Panen Bermutu Menggunakan Teknik Nutrient Film Technique

  • 4 min read

Pernah tidur di dalam kelambu? Serra kasa alias kelambu superbesar itu kini dimanfaatkan Yos Sutiyoso sebagai rumah tanam beragam sayuran. Dari balik kelambu Yos menuai sayuran bermutu. Kualitasnya sama dengan hasil budidaya dalam greenhouse. Selain itu biaya teknologi Nutrient Film Technique hemat Rp30.000 per m2. Empat kelambu raksasa berjejer di kebun Yos Sutiyoso di Cibedug, Bogor. Ukuran masing-masing 37m x 8m x 2,5m. Di dalamnya Yos membudidayakan kangkung, pakchoy, dan remain lettuce. Semua komoditas itu dikembangkan dengan teknologi Nutrient Film Technique (NFT). Tampak 4 lajur sepanjang masing-masing 7 m disesaki romain lettuce siap panen. Tanaman terlihat kokoh dan segar. Di sisinya ada kangkung dan caisim. Sedangkan di bagian tengah serra kasa, produsen sayuran aeroponik itu mengadopsi teknologi hidroponik rakit apung. Komoditas yang ditanam kangkung di atas kolam berukuran 3 m x 1,5 m x 0,30 m.

Biaya Produksi Jauh Lebih irit

[caption id=“attachment_8328” align=“aligncenter” width=“1328”] Screenhouse dapat menghemat biaya produksi[/caption] Biaya pembuatan serra kasa hanya Rp20.000 per m2. Yos semula menggunakan serra plastik. Menurut perhitungan pakar hidroponik itu setidaknya dibutuhkan Rp50.000 per m2 untuk pembuatan serra plastik. Maklum, harga plastik UV sebagai bahan baku lebih mahal ketimbang kasa. Oleh karena itu dengan serra kasa Yos irit Rp 30.000 per m2. Apalagi jika dibandingkan dengan biaya pembuatan greenhouse yang mencapai Rp 75.000 per m2, tentu penghematan kian besar. Bahan-bahan pembuat serra kasa berupa kasa ukuran 60 mesh dan tiang besi ukuran medium (tebal 3—4 mm). Di pasaran tersedia kasa berukuran 1 m x 50 m per rol dengan harga Rp 120.000. Tiang besi sepanjang 3 m dibenamkan ke tanah sedalam 0,5 m. Antartiang dihubungkan dengan besi sepanjang 3 m. Kerangka itu kemudian dibungkus kelambu. Agar terbentuk lembaran kasa yang luas, Yos menggunakan kabel telepon untuk menyambungnya. Kerangka serra kasa sebetulnya dapat menggunakan bambu atau kayu. Namun, Yos memilih besi lantaran di Cibedug angin kerap bertiup kencang. Pemanfaatan besi sebagai kerangka menjadikan rumah tanam itu kokoh dan tahan lama. Yos memperkirakan serra kasa berkerangka besi dapat bertahan hingga 5 tahun. Jika menggunakan kayu atau bambu, lebih cepat rusak. Karena serra kasa bersifat terbuka, hujan dan panas dapat membuat kayu atau bambu cepat lapuk. Yos memang melakukan inovasi untuk mencari rumah tanam ideal. Maksudnya, dengan biaya rendah, tetapi dapat menuai sayuran berkualitas. Harapan itu dapat diwujudkan dengan membangun sebuah serra kasa pada November akhir tahun. Hasil uji coba menunjukkan, mutu sayuran cukup bagus. Itulah sebabnya praktisi aeroponik itu terus memperluas serra kasa. Kini di Cibedug berketinggian 500 m dpi Yos mengelola 4 serra kasa. Total jenderal luasnya 2.066 m2.

Masalah Dan Kendala di lapangan

[caption id=“attachment_8327” align=“aligncenter” width=“938”] Caisim dalam Greenhouse, siap panen[/caption] Serra kasa dapat digunakan di berbagai lahan, termasuk yang bergelombang, dengan beragam sistem budidaya. Yang cocok dibudidayakan di dalamnya adalah tanaman yang senang sinar matahari, seperti pakchoy, kaylan, romain lettuce, bayam, dan kangkung. Intensitas cahaya di dalam serra kasa 60 mesh cukup berlimpah. Itu cocok untuk pertumbuhan sayuran. Hal ini terbukti dari bentuk daun romain lettuce yang tegak. Tinggi serra untuk instalasi sistim Nutrient Film Technique dapat disesuaikan dengan pertumbuhan jenis tanaman di dalamnya. Yang juga andil terhadap mutu sayuran adalah pemupukan. Kelahiran Jakarta 73 tahun silam itu meningkatkan unsur kalsium dari 200 ppm menjadi 250 ppm. Kalsium akan membentuk dinding sel. Dengan penambahan konsentrasi sel tanaman lebih tebal dan kuat. Unsur Mg (magnesium) juga ditingkatkan dari 62,5 ppm menjadi 75 ppm. Tujuannya untuk membuat warna sayuran lebih cerah. Sedangkan unsur Fe (besi) ditingkatkan dari 4 ppm menjadi 5 ppm agar reaksi enzimatis dapat berjalan dengan baik. Di balik kelebihan teknik teknologi itu, serra kasa menyimpan kekurangan. Contoh, suhu dan kelembapan tidak dapat dikontrol. Dengan ketinggian lahan 500 m dpi, suhu rata-rata dalam serra kasa 25°C; malam 18°C; siang 37°C. Sedangkan kelembapan rata-rata 66%. Itulah sebabnya produktivitas tanaman sangat tergantung musim.

Diangin-angin

[caption id=“attachment_8330” align=“aligncenter” width=“1274”] Subur Dan BeBas Gangguan Hama[/caption] Saat musim hujan produktivitas menurun dan meningkat saat kemarau, dengan kisaran 20%. Produksi kaylan, nmpamanva. pada musim kemarau mencapai 2 5 kg/m2, menjadi 2 kg/m2 saat musim hujan. Kaylan yang dibudidayakan dengan teknologi Nutrient Film Technique di dalam serra plastik dapat dituai 7 kg/m2. Angka itu relatif konstan saat kemarau atau musim hujan. Dengan ukuran 60 mesh. kasa mampu menahan tetesan air hujan. Saat hujan deras, air yang tertahan perlahan menetes sehingga mengganggu karyawan yang bekerja. Selain itu sayuran yang basah menjelang panen harus diangin-anginkan terlebih dulu Karena Yos menggunakan budidaya sistem Nutrient Film Technique di dalam serra kasa, maka tetesan hujan juga mengencerkan EC (electro conductivity) pupuk yang semula 3. Selain itu juga harus rajin memotong bagian tanaman yang terserang cendawan. Namun demikian, kelemahan itu tidak terlalu memberikan pengaruh pada hasil panen.