Populasi Turun, Produksi Justru Melambung

  • 3 min read

Akibat “salah asuhan” produktivitas kentang atlantik hanya 14 ton per ha. Cara budidaya varietas itu disamakan dengan granola yang lebih dulu dikebunkan di Indonesia. Dengan memperlebar jarak tanam, Masngudi dan H M Subchan di Banjarnegara, memanen atlantik minimal 20 ton per ha Sejak 2 tahun silam Masngudi memperlebar jarak tanam. Ia menanam famili Solanaceae itu di lahan 6 ha. Semula 70 cm x 30 cm hanya memberikan hasil 14 ton per ha. Jarak tanam itu memang lazim diterapkan pekebun kentang granola. Ketika cara budidaya itu diadopsi oleh pekebun kentang atlantik, hasilnya tidak maksimal. Sebab kedua varietas itu mempunyai karakteristik berbeda. Cara lama ditinggalkan, ia mengubah jarak tanam menjadi 80 cm x 40 cm. Maksudnya, jarak antarbarisan 80 cm, dalam barisan, 35 sampai 40 cm, tergantung ukuran bibit. Jarak 35 cm untuk bibit agak kecil, di bawah 50 gram per umbi 40 cm.

Stolon panjang

[caption id=“attachment_8226” align=“aligncenter” width=“517”] Jarak tanam pengaruhi hasil panen[/caption] Jarak tanam diperlebar bukan tanpa alasan, “Atlantik perlu lebih lebar karena stolonnya banyak dan panjang,” ungkap H M Subchan, pekebun di Desa Bakal, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Stolon adalah bagian tanaman di dalam tanah, berbentuk batang tumbuh horizontal. Ruas panjang di beberapa buku dapat tumbuh akar atau umbi. Menurut Subchan jumlah stolon atlantik 6 sampai 8 per tanaman; granola 3 buah. Dengan jarak tanam lebih besar, stolon yang merupakan bakal umbi bisa tumbuh maksimal. Produksi atlantik pun meningkat menjadi 1 kg per tanaman. Ketika ditanam jarak rapat, produksi hanya 0,5 kg. Selain itu, jarak tanam lebar menghemat bibit. Perhitungannya, bobot bibit 66 gram atau sekilo berisi 15 umbi. Dengan jarak tanam 80 cm x 40 cm, untuk 1 ha lahan diperlukan 2 ton bibit. Jumlah itu 1 ton lebih sedikit ketimbang jarak rapat. Dari selisih bibit 1 ton, pekebun bisa menghemat sampai Rp8,5-juta per ha. Saat ini harga bibit F() atlantik Rp8.500 per kg. Artinya untuk luasan 1 ha pekebun hanya membutuhkan Rp 17,5-juta untuk pengadaan bibit. Bila menerapkan jarak tanam lama, pekebun merogoh kocek Rp25,5-juta. Selisih keuntungan antara kedua jarak tanam itu mencapai Rp8,5-juta. Menurut Subchan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menanam satu hektar atlantik Rp45-juta. Dengan produksi 20 ton dan harga jual Rp3.750 per kg, keuntungan yang diperoleh pekebun Rp30-juta. Dengan jarak tanam rapat, keuntungan pekebun hanya Rp21,5-juta.

Dipanen Tepat waktu

[caption id=“attachment_8223” align=“aligncenter” width=“1512”] Hasil panen meningkat 30%[/caption] Masngudi pada awal penanaman menggunakan bibit dari perusahaan mitra inti. Namun penanaman kedua dan ketiga, bibit diperoleh dari hasil panen sendiri. Ia memilih umbi yang bobot kurang dari 100 gram, berasal dari tanaman sehat dan bebas hama serta penyakit. Sebelum disimpan bibit dicelup insektisida yang telah dilarutkan dalam air. Calon bibit disimpan dalam karung atau kemasan selama 3 sampai 4 bulan. Pemakaian bibit hanya bisa dipakai sampai turunan ketiga. Waktu tanam, bibit dibenamkan kira-kira 15 cm dari permukaan tanah. Di Banjarnegara penanaman atlantik biasanya hanya 2 kali setahun. Selang waktu di antaranya ditanam kubis dan wortel. Penanaman pertama pada April; kedua, Agustus . Bulan lain, November sampai Februari, lahan ditanami kubis atau wortel. Pemilihan waktu tanam itu sesuai karakter atlantik. “Atlantik lebih tahan kering, tetapi peka terhadap phytopthora,” kata Masngudi. Phytopthora yang sering menyerang saat musim hujan, memang kendala utama berkebun atlantik. Itu sebabnya, atlantik lebih banyak ditanam pada musim kemarau. Pengalaman Masngudi, penyakit itu pernah meluluhlantakkan 0,5 hektar lahan kentang atlantik miliknya sewaktu pertama kali menanam. Atlantik rentan serangan phytopthora ketika masih muda, umur 20 sampai 50 hari setelah tanam (HST). Oleh karena itu lakukan penyemprotan insektisida atau fungisida sistemik secara bersamaan atau bergiliran. Frekuensinya, pada musim kemarau cukup 10 sampai 12 kali selama masa kiritis itu. Pada musim hujan frekuensi dinaikkan menjadi 13 sampai 14 kali.