Kendala Dalam Pemasaran Jamur Tiram Serta Solusi Untuk Mengatasinya

  • 6 min read

Berawal dari sulitnya mengembangkan jaringan Pemasaran Jamur Tiram, dibentuklah Koperasi Supa Fajar Mas . Dengan “bersatu” 20 orang pemain baru jamur tiram dan kuping itu memiliki posisi tawar yang baik. Sejak dibentuk akhir 1998, segala masalah bisa diatasi dengan beragam alternatif. Salah satunya menciptakan produk olahan. Ketika mengawali usaha jamur, 20 orang peserta pelatihan wirausaha Depnaker-LPM IPB sempat kelabakan. Pasalnya mereka membangun 6 kumbung, tapi tak tahu jalur pemasarannya.

Akhirnya dibentuklah sebuah koperasi yang bertugas ganda. Menyediakan sarana produksi dan bibit, sekaligus menampung produk dan memasarkannya.

Kendala Pemasaran Jamur di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan jamur. Oleh karena itu, banyak petani dan pengusaha yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran jamur. Namun, terdapat beberapa kendala yang sering dihadapi dalam mengembangkan usaha ini, di antaranya:

  1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam budidaya jamur. Hal ini menyebabkan produksi jamur yang rendah dan kualitas yang buruk.
  2. Tidak adanya standarisasi produk. Oleh karena itu, sulit untuk menetapkan harga yang tepat serta menarik minat konsumen.
  3. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Sebagian besar petani jamur masih menggunakan peralatan sederhana dan tidak memiliki akses ke teknologi yang canggih.
  4. Pasar jamur masih belum berkembang secara luas. Oleh karena itu, pemasaran jamur seringkali terbatas pada daerah tertentu saja.
  5. Kendala logistik. Pengiriman jamur dari petani ke pabrik atau ke pasar seringkali mengalami kendala, seperti kerusakan dan tertahan di bandara.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan upaya yang sinergis dari pemerintah, dunia usaha, dan akademisi. Pemerintah perlu memberikan dukungan berupa insentif, standarisasi produk, dan akses ke teknologi. Dunia usaha perlu meningkatkan kapasitas produksi dan mengembangkan pasar yang lebih luas. Sedangkan akademisi perlu melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jamur.

Banyaknya Pemain Baru Membuat Saturated market

Setelah bersatu, mereka jadi mudah melempar produk. Tak hanya itu, para anggota koperasi punya alternatif kala menemui kendala lain. Misalnya ketika Pemasaran Jamur Tiram terkendala oleh harga yang berfluktuasi naik turun tak karuan.

Kasus anjloknya harga jamur tiram sampai titik terendah pernah terjadi. Harga yang semula menyentuh angka Rp7.000/kg, lantas menukik hingga Rp1.800/kg.

Pemicunya, makin banyak pemain yang masuk akibat tren bertanam jamur yang sedang naik daun. Selain itu, didirikan sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang yang sama. Hal ini makin memperburuk keadaan.

Harga jamur tiram di pasar turun drastis.

Harga jamur tiram di pasar turun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), harga jamur tiram di pasar tradisional turun dari Rp 25.000 per kilogram pada September 2019, menjadi Rp 20.000 per kilogram pada Oktober 2019. Penurunan harga jamur tiram di pasar tradisional tersebut seiring dengan masuknya musim hujan di sejumlah daerah di Indonesia.

Selain itu, saat ini banyak petani jamur tiram yang mulai menanam jamur tiram di luar musim, sehingga pasokan jamur tiram di pasar relatif meningkat. Dengan adanya penurunan harga jamur tiram di pasar tradisional, diharapkan dapat meningkatkan konsumsi jamur tiram di masyarakat. Selain itu, penurunan harga jamur tiram juga dapat memberikan manfaat bagi petani jamur tiram, karena dapat meningkatkan volume penjualan.

Biasanya, jamur tiram dijual dengan harga yang mahal, namun kini harganya turun drastis.Penurunan harga ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti banyaknya petani yang menanam jamur tiram dan sebagian besar jamur tiram dijual di pasar tradisional.Jamur tiram yang dijual di pasar tradisional biasanya lebih murah dibandingkan dengan jamur tiram yang dijual di toko atau supermarket.

Hal ini dikarenakan biaya operasional yang lebih rendah di pasar tradisional. Dampaknya, hampir seluruh petani jamur di Bogor kelimpungan, termasuk anggota Koperasi Supa Fajar Mas. Produksi terus menumpuk, tetapi harga masih belum bergerak naik.

Sebulan setelah kondisi tersebut, para pengurus Koperasi Supa Fajar Mas berhasil menemukan jalan keluar. “Timbul ide mengolah jamur menjadi jamur instan,” kata Endhi Pujosanyoto. Pasar ini dirasa masih baru dan belum banyak yang meliriknya.

Pertimbangan lain, tiram hanya berumur 1 sampai 2 hari, sehingga tidak mampu menjangkau pasar lebih luas. Beranjak dari sana, produk tersebut harus dikembangkan menjadi makanan yang bisa berumur lama. Selain itu, “Masyarakat perkotaan butuh sesuatu hal yang praktis,” jawab lulusan Teknik Industri IPB itu. Produk-produk pangan dengan konsep cepat relatif mudah diterima. Seperti halnya produk bumbu dan mi instan.

Beranjak dari ide itu, mereka langsung mengadakan penelitian cara olahnya. Uji coba ini dilakukan sekitar Oktober 1999. “Dibuat dengan minimalis proses hingga tidak mengurangi dan menghilangkan kandungan gizi yang ada,” ujar Maryono Utomo, pemasaran Koperasi Supa Fajar Mas.

Produksi Usaha Jamur Tiram Makin Terkatrol

Dengan alternatif ini, produksi jamur tiram segar yang berlimpah bisa diatasi. Daya tahan yang semula 1 sampai 2 hari bisa diperpanjang hingga 3,5 bulan. Di samping itu, jamur tiram segar yang banjir di pasaran bisa ditahan sehingga Pemasaran Jamur Tiram akan memperoleh hasil yang di inginkan

Apalagi dengan pengurangan produksi yang dilakukan perusahaan besar jamur tiram lain. Hal itu makin mempengaruhi jumlah jamur yang beredar di pasar. harga jamur pun beranjak naik. Dari Rp 1.800/kg menjadi Rp4.000/kg. Petani bisa bernafas lagi.

Dari 120g jamur tiram segar setelah diolah jadi 14,5g jamur tiram kering. Jamur tersebut lalu dikemas dalam plastik, bersama bahan lainnya. Di antaranya bumbu soto, soun, bawang goreng dan seledri kering. Dengan’Tormasi" ini, produk yang diberi merek “Sayur Mas” bdr menu Soto Jamur Tiram dipasarkan. Harga jualnya Rp1.650. “harga jamur produksinya Rp1.450,” ujar Endhi.

Saat harga jamur stabil. penjualan koperasi yang berkantor di Loji, Bogor ini mencapai 350 bungkus/hari. Pemasaran dipusatkan ke daerah Bogor dan Depok. Respon pembeli ternyata cukup positif. Hal tersebut sesuai dengan hasil survey. “Dari uji rasa ke-55 responden, 98.1% menyatakan suka dan enak, bahkan banyak yang tertipu, disangka ayam padahal jamur,” jelas Endhi.

Dengan keseriusan para pengurus dan anggota koperasi, usaha Pemasaran Jamur Tiram tersebut kini makin berkembang. Dari 6 kumbung saat ini bertambah menjadi 15 kumbung. Anggotanya pun telah membengkak sampai 37 petani. “Mereka tersebar di kodya dan kabupaten Bogor,” tutur Endhi.

Kualitas Jamur Tetap Terjamin

Jamur merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, perlu dilakukan beberapa langkah untuk menjaga kualitas jamur.

  • jamur sebaiknya ditanam di media yang tepat seperti pasir halus dan kapur halus.
  • perlu diperhatikan juga kebersihan kandang jamur serta menjaga agar tidak terkontaminasi dengan bakteri atau virus.
  • selalu rutin melakukan pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan, dan pemberian pestisida.
  • sebaiknya jamur dikeringkan dengan cara yang tepat seperti dengan oven atau pengering jamur.

Meski olahan, Koperasi Supa Fajar Mas terkesan ketat dalam hal menjaga mutu. Bibit misalnya, harus berasal dari koperasi. Karena dari bibit inilah standar mutu bisa dipertahankan. Ia mengaku bisa membedakan jamur tiram asal Koperasi Supa Fajar Mas dengan jamur lainnya.

Tak hanya di bibit, ketika akan diolah syarat jamur sebagai bahan baku juga harus dipatuhi. Jamur harus tampak sehat dan bersih, tidak ada cacat atau luka karena dimakan binatang. Juga dilihat kebersihan sekitar kumbung. Setelah jamur dipetik lalu di oven hingga kering

Sesudah itu bonggol jamur dibersihkan dan disuir-suir antara 2 sampai 6 bagian tergantung besarnya. Jamur digoreng dengan minyak panas dalam waktu singkat. Tiriskan selama beberapa jam, lalu dikemas bersama bahan lain. Bumbu soto sebelumnya disterilisasi ulang, lalu dipak. Cara pengepakan harus hati-hati karena dapat mempengaruhi kualitas dan daya tahan produk

Menjaga kualitas jamur yang baik adalah penting untuk menjamin produksi yang baik. Jamur dapat tumbuh di berbagai kondisi, namun kualitasnya akan terganggu jika kondisinya tidak baik. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa jamur dapat tumbuh dengan baik dengan menjaga kualitas air, tanah, dan lingkungannya.

Saat ini Koperasi Supa Fajar Mas juga menjajaki produk olahan lain, seperti abon tiram. Dengan diversifikasi ragam olahan, diharapkan harga jamur bisa terus berkembang berikut pangsa pasarnya. Jadi, para petani tak lagi hanya bergantung pada pasar jamur segar saja.