Tabulampot: Saat Pisang Dikungkung Beton

  • 3 min read

Di kediaman sang jenderal tabulampot pisang terbilang istimewa. Lazimnya Musa sp itu ditanam di kebun atau pekarangan. Lantaran dipotkan, pertumbuhan tanaman menjadi bongsor. Ukuran buah juga besar karena pasokan hara lebih teijamin. Saat Trubus berkunjung awal Januari, ada 20 pisang yang ditanam dalam pot beton. Jenisnya beragam: raja, raja nangka, susu, emas, dan kepok. Ada juga hasil silangan pisang tanduk dan raja nangka asal Banjarnegara . Karena beragam, umur panen berbeda-beda, berkisar antara 8—12 bulan. Di lahan seluas 2.000 m2 di Cikeas, Bogor, buah asli Amerika Selatan itu ditanam berdampingan dengan dragon fruit, rambutan, jambu jamaica, lengkeng, durian, dan beragam buah lain. Kehadiran mereka melengkapi keindahan rumah peristirahatan khas Gorontalo.

Langsung cabut

Tabulampot pisang menggunakan pot beton setebal 5 cm, tinggi 50 cm, dan diameter 60 cm. Media berupa campuran kerikil dan pasir setebal 20 cm di dasar pot. Disusul gabungan tanah dan kompos dengan komposisi 1:1 setebal 20 cm. Terakhir lapisan pupuk kandang hingga permukaan pot. Campuran ini lazim digunakan sebagai media tabulampot buah. Bibit asal anakan setinggi 1 m yang didapat dari penangkar di sekitar Wanayasa, Purwakarta. Khusus silangan tanduk dan raja nangka didatangkan langsung dari Banjarnegara. Agar pertumbuhan maksimal, dalam satu pot hanya dipelihara tanaman induk dan 1 anakan saja. Pilih anakan yang paling kokoh. Selebihnya dibuang. Setelah buah pertama dipanen, cabut tanaman induk. Posisinya digantikan oleh anakan yang telah dipelihara sejak awal. Perawatan tabulampot pisang relatif mudah. Pasokan hara diperoleh dari pupuk kandang kambing. Aplikasi dilakukan 2 kali setahun, pada akhir musim kemarau dan akhir musim hujan. Dosis 25 kg per pohon. Pupuk kimia tidak perlu diberikan. Penyiraman dilakukan melalui pipa PVC yang ditancapkan ke dalam media. Tujuannya agar air cepat terserap ke dalam dasar pot. Jika musim kemarau pohon disiram setiap hari. Tambahkan media baru secara periodik setiap 4 bulan atau jika ketinggian media dalam pot berkurang. Jika tandan buah sudah membesar, tanaman perlu disangga. Perlakuan di atas terbukti ampuh untuk membuahkan pisang. Buktinya sejak ditanam 3 tahun silam, suami Sribudhi Soeyono itu sudah 3 kali menikmati hasil. “Buah hasil panen besar, sampai-sampai beberapa beton pecah tidak mampu menahan batang yang condong karena keberatan buah,” kata hobiis motor besar itu. Sukses membuahkan tabulampot pisang membuat Soeyono bertambah cinta pada tanaman itu. Masih ada obsesi tersisa,’’mencetak” pohon pisang yang mudah dipanen dan pendek, hanya setinggi manusia. Caranya pemangkasan berulang kali pada batang dengan ketinggian yang dikehendaki, sampai muncul calon buah. Sekarang akhir pekan memang menjadi saat yang ditunggu oleh Soeyono. Begitu aktivitas sabtu selesai, mobil segera dipacu menuju Cikeas. Seolah tak sabar utuk segera mencicipi urap, sayur bumbu rujak jantung pisang, atau pun sepiring gethuk pisang hasil kebun sendiri. Di “laboratorium alam” tempat mewujudkan rekaman pengalaman melanglang dunia itulah Soeyono kerap menghabiskan waktu.