Teknik Tabulampot Atemoya: Satu Pot Berbuah 347 Atemoya

  • 3 min read

Sebanyak 347 helai tali rafia merah sepanjang 10 cm diikatkan pada tangkai-tangkai buah atemoya. Sebanyak itu pula lah jumlah buah chirimorinon yang muncul. Ttyman Sutandya, kolektor buah di Blitar, Jawa Timur, membutuhkan bantuan rafia karena kelimpungan menghitung jumlah Annona squamosa dan cherimoya A. cherimola itu. Waktu pertama mengabari Mitra Usaha Tani tentang atemoyanya yang banjir buah Tryman menulis lewat pesan pendek di telepon selular, “Tabulampot Atemoya Jumlahnya 200-an pohon.” Supaya akurat, peternak ayam itu lalu menandai setiap buah dengan tali rafia. Atemoya sarat buah itu tumbuh dalam tangki air plastik bekas berwarna jingga bervolume 150 liter. Media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan 2:1:1. Tajuk pohon yang ditanam 5 tahun lalu itu selebar 3 m. Waktu Mitra Usaha Tani berkunjung ke kebun Tryman pada akhir 2011 pohon sedang memamerkan pot Tabulampot Atemoya berukuran setengah kepalan tangan. “Sebulan lagi baru masak," kata Tryman. [caption id=“attachment_15514” align=“aligncenter” width=“400”]Pemupukan intensif tingkatkan produksi buah Pemupukan yang intensif tingkatkan produksi buah[/caption]

Atemoya Memerlukan Pumupukan yang intensif

Ini kali ketiga Tabulampot Atemoya itu berbuah. Pada dua kesempatan pertama hanya puluhan buah bergelayut di cabang atemoya florida itu. Pengalaman AF Margianasari, kepala produksi buah di Taman Wisata Mekarsari (TWM), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, atemoya memang sulit dibuahkan. Dari tabulampot atemoya berumur 4 tahun Margianasari paling hanya mendapat 5 buah. Tingkat keberhasilan bunga menjadi buah hanya 30%. Hasil fantastis yang Tryman peroleh karena ia meningkatkan frekuensi pemupukan dari semula sebulan sekali menjadi dua kali per bulan. Pemupukan lebih intensif dilakukan saat tanaman mulai mengeluarkan bakal bunga sampai berbuah. Dosis pupuk terdiri dari 20 ml minyak ikan, 20 ml pupuk organik cair, dan 20 ml vitamin BI dilarutkan dalam 1,5 liter air. Pada tahun ketiga penanaman akar tanaman sudah memenuhi wadah. Alih-alih membongkar media dan merepotting tanaman, Tryman malah melubangi tepi tangki air sehingga akar bebas keluar mencengkram tanah. Oleh karena itu saat pemberian pupuk, Tryman membuat piringan 1 meter di sekitar wadah untuk penyiraman dan pemupukan. Tabulampot Atemoya yang sukses

3 fase pertumbuhan tanaman Atemoya

Menurut Yos Sutiyoso, ahli nutrisi di Jakarta, pupuk organik bersifat menggemburkan tanah sehingga akar mudah bergerak dan menyerap hara. “Namun unsur hara yang disediakan pupuk organik sedikit,” tutur alumnus Institut Pertanian Bogor 1 itu. Untuk itu perlu dikombinasikan dengan pemberian pupuk kimia yang bersifat lebih cepat dimanfaatkan tanaman dan dalam jumlah banyak. Pemupukan organik juga meningkatkan kandungan karbohidrat sehingga nilai C/N ratio meningkat. Saat itulah tanaman terpicu berbunga dan berbuah. Frekuensi pemupukan lebih sering berperan dalam mendongkrak produksi buah. Itu seperti yang dilakukan oleh Budi Dharmawan, pekebun lengkeng di Kendal, Jawa Tengah. Dengan pemupukan 15 hari sekali, dan pengaturan pembungaan Budi bisa memanen lengkeng itoh setiap bulan. Sobir PhD, Kepala Pusat Kajian Buah Tropis IPB, menyebut terdapat 3 fase pertumbuhan tanaman:vegetatif, pembungaan, dan pembuahan. Pada masa vegetatif berikan pupuk berkadar nitrogen tinggi agar pertumbuhan daun maksimal. Pada fase pembungaan, komposisi diubah menjadi pupuk berkadar fosfor tinggi agar bunga terbentuk dengan baik. Pada fase terakhir pembuahan giliran kalium tinggi yang diberikan. Itu agar kualitas buah optimal. Waktu pemupukan dibagi kedalam masing-masing periode itu. Dengan pemupukan intensif atemoya di kebun Tryman banjir bunga yang muncul pada Oktober 2011. Meski hujan mengguyur bunga dan pentil buah tidak rontok. “Semua bunga berhasil jadi buah, tak satu pun yang rontok,” ujarnya. Serangga-serangga kecil seperti lebah membantu menyerbuki bunga. Lalu muncullah 347 buah bergelayut di satu pohon atemoya.