Tepung Jepang Cocok di dataran Medium

  • 5 min read

Apa susahnya menanam terung jepang, toh sama-sama terung. Pikiran seperti ini muncul dari pekebun yang akan mencoba menanam. Kenyataan di lapangan, dari 18.000 bibit yang ditanam hanya 2.500 sempat menghasilkan buah. Itu pun sebagian besar kualitasnya tak layak masuk industri pengolahan. Buahnya kecil membulat, bercak bekas gigitan thrips menyebar di permukaan. Jelas tak sesuai harapan sebagaimana kualitas yang diharuskan pabrik pengolahan. Pabrik menginginkan buah yang lurus panjang, mulus, dan tak berbiji. Pantas bila Wahyu Priyono, Kepala Bagian Produksi PT Mitratani Dua Tujuh di Jember, tak menganggap enteng menanam terung jepang. “Tingkat kematiannya saja karena layu bakteri bisa mencapai 30%,” ungkapnya. Terung ini membutuhkan perawatan intensif, dan lokasi penanaman tertentu. Maklum, ia tanaman subtropis yang berusaha diadaptasikan di daerah tropis.

Lahan Medium

[caption id=“attachment_8067” align=“aligncenter” width=“492”]lahan medium pertanian terong lahan medium[/caption] Jangan menanam terung jepang di lahan bekas tanaman tembakau atau cabai. Layu bakteri pasti menyerang. PT Mitratani Dua Tujuh mengembangkannya di lahan-lahan sawah bekas padi. Namun, lokasi ini bukan yang terbaik karena merupakan dataran rendah berketinggian 200 m dpi. Produksi tidak bisa maksimal, hanya 25 sampai 35 ton/ha yang masuk pabrik. Hama/penyakit di dataran rendah cukup banyak. Pasalnya, perbedaan suhu udara dengan suhu tanah relatif tinggi. Terpenting lagi, bila paner. terlambat sekalipun hanya satu har. terung menjadi tua. Selang pemanenan dua hari sekali, sehingga harus dilakukan serentak Penanaman dalam skala luas, seperti di PT Mitratani yang mencapai 60 ha sering menimbulkan masalah Apalagi di Jember mencari tenaga kerja sangat sulit. Terung jepang optimum ditanam pada ketinggian 500 sampai 700 m dpi, alias dataran medium. Di sini fluktuasi suhu siang dan malam tidak terlalu besar. Dataran tinggi, sekitar 1.000 m dpi menghasilkan terung kualitas bagus, tetapi produksi rendah dan panen lambat. Kalau di dataran rendah panen dimulai pada umur 45 hari; dataran tinggi lebih dari dua bulan. Selang pemanenan bisa sampai seminggu. Soal jenis tanah tidak ada ketentuan yang mengikat. Di tanah latosol maupun podsolik, terung jepang bisa diusahakan asalkan subur, Pilihlah tanah ber-pH 6 sampai netral.

Aplikasi Mulsa

[caption id=“attachment_8069” align=“aligncenter” width=“506”]mulsa pertanian Penggunaan mulsa pada lahan[/caption] Sebaiknya menanam terung jepang menggunakan mulsa. Terung ini tidak begitu tahan bersaing dengan gulma. Buatlah bedengan selebar 100 sampai 110 cm, tinggi 30 sampai 40 cm, dan panjang 15 cm. Jarak antar bedengan 50-60 cm. Setiap 15 m ada parit untuk keluar masuk air sewaktu pengeleban. Leban dianggap cara paling efisien untuk menyiram. Pengolahan tanah harus betul-betul sempurna. Dibajak dua kali hingga tidak ada bongkahan tanah yang tertinggal. Pupuk dasar mutlak diberikan sebelum penanaman. Terdiri dari 2 ton dolomit, 200 kg urea, 300 kg SP36, dan 200 kg KC1. Setelah itu baru bibit yang sudah berumur 25 hari atau berdaun 3 sampai 4 daun ditanam. “Bibit yang terlalu besar, pertumbuhannya justru lama karena daun-daunnya akan gugur terlebih dahulu,” papar Yudi Hariyanto, penanggungjawab lapangan tanaman terung di PT Mitratani Dua Tujuh. Jarak tanam digunakan 70cm x 60cm, atau berisi 20.000 tanaman/ha. Selang sepuluh hari sejak penanaman, pemupukan susulan harus segera dilakukan. Susulan pertama cukup urea yang dilarutkan dengan dosis 2,5 gr/tanaman. Berikutnya hingga pemanenan terakhir nanti setiap 10 hari sekali. Pupuk yang digunakan untuk 3 kali aplikasi pertama NPK 15:15:15. Memasuki fase generatif atau bertepatan dengan aplikasi keempat, campuran ZA, KC1, dan urea. Komposisi tergantung keperluan, tapi dosis 4 sampai 7,5 gr/tanaman. “Jika diberi K dalam jumlah tinggi, terung akan lebih manis. Jeleknya tekstur menjadi keras sehingga tidak dimaui pabrik. Sementara jika diatasi dengan meninggikan N, berdampak rentan terhadap penyakit,” tambah Yudi.

Proses Perawatan Hingga Panen

[caption id=“attachment_8070” align=“aligncenter” width=“443”]panen komoditas terong hasil panen terong[/caption] Kecuali pemupukan, perawatan yang perlu diperhatikan antara lain penyulaman, pewiwilan, penyiraman dan pengajiran. Penyulaman diberi tenggang waktu 7 sampai 10 hari. Lebih dari itu dibiarkan, percuma karena tak bisa mengejar tanaman lainnya. Pertumbuhan terung jepang, termasuk perakaran sangat cepat, sehingga umur dua minggu sudah harus diberi ajir. Pengajiran lebih awal akan lebih baik. Sebaliknya jika lebih dari 20 hari akan merusak perakaran. Tanaman bisa mati karenanya. Ajir dipasang berjarak 10 sampai 15 cm dari pangkal batang. Setiap lubang satu ajir setinggi 1,5 sampai 2 m. “Tinggi boleh bervariasi, yang penting tidak roboh, mengingat terung jepang tak sekokoh terung lokal,” Yudi menjelaskan. Selesai mengajiri, pada umur 20 sampai 28 hari tanaman siap diwiwil. Daun dan tunas yang ada di bawah percabangan utama dibersihkan. Termasuk bunga pertama yang muncul. Hanya tiga daun terakhir yang disisakan. Pewiwilan daun dan bunga dimaksudkan agar pertumbuhan vegetatif terpacu. Seandainya bunga pertama dibiarkan tumbuh, pada umur 35 sudah bisa dipanen. Namun, buah kedua baru bisa dipetik 1 minggu kemudian, atau lambat 5 hari dibanding yang dibuang. Cabang tanaman masih perlu dipangkas setelah 5 buah pentil terbentuk. Pemangkasan tepat di atas tangkai buah terakhir dari masing-masing cabang. Tujuannya, agar keluar tunas baru yang menghasilkan terung sebagus buah pertama. Dengan begitu sampai akhir panen, selama 2,5 sampai 3 bulan, kualitas buah terjamin. Target minimal produksi, 1,5 sampai 2 kg optimis tercapai. Tak dipungkiri, ada buah afkir walau kurang dari 5%. Hama belalang, ulat grayak, dan thrips seringkali mengganggu. Di luar semua itu, keberhasilan harus didukung kondisi pengairan yang bagus. Terung jepang tidak suka kekurangan atau terlalu banyak air. Pada musim hujan kemarin ini banyak pertanaman terung jepang yang gagal. “Lahan terung selalu pada kondisi kapasitas lapang. Artinya jika ditanam pada musim kemarau harus rajin disiram,” Yudi menambahkan.